Proses penjurian dalam lomba memasak ikan yang berlangsung di Bangsal Sewokoprojo. Selasa (14/10/2025).Harian Jogja - David Kurniawan.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul terus berupaya meningkatkan angka gemar makan ikan di Bumi Handayani. Salah satunya dengan menggelar lomba masak ikan tingkat kabupaten di Bangsal Sewokoprojo, Selasa (14/10/2025).
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, M Johan Prasetyo mengatakan, hasil pendataan terbaru diketahui bahwa gemar makan ikan di Bumi Handayani masih tergolong rendah. Pasalnya, capaian baru di kisaran 32 kilogram per kapita dan masih jauh dengan rerata nasional yang mencapai 56 kilogram per kapita dalam setahun.
“Dengan DIY juga masih kalah karena angkanya di kisaran 36 kilogram per kapita dalam setahun. Tapi, kalau dari sisi peringkat memang nomor tiga se-DIY, atau kegemarannya di atas Kabupaten Bantul dan Kulonprogo,” kata Johan, Selasa siang.
Menurut dia, upaya meningkatkan gemar makan ikan terus dilakukan. Salah satunya dengan lomba olahan makanan berbahan ikan yang melibatkan perwakilan PKK dari 18 kapanewon di Kabupaten Gunungkidul.
“Kreasinya harus memanfaatkan bahan ikan, baik dari perikanan laut maupun darat. Ragamnya juga banyak mulai dari nila, patin, gurami dan lainnya,” katanya.
Johan mengungkapkan, kegiatan ini tidak hanya untuk mengkampanyekan gemar makan ikan. Pasalnya, juga mendukung program dari Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan berbasis bahan baku lokal.
“Banyak manfaat dari makan ikan karena bisa mencegah stunting karena kandungan gizinya yang tinggi,” katanya.
Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Wahid Supriyadi. Menurut dia, meski ada peningkatan dari tahun ke tahun, tapi kegiatan gemar makan ikan di Bumi Handayani masih butuh ditingkatkan agar bisa menyamai rataan nasional.
“Memang njomplang karena di Gunungkidul baru di kisaran 32 kilogram dalam setahun, sedangkan nasional sudah mencapai 56 kilogram,” katanya.
Ia mengakui ada persepsi yang salah di masyarakat karena menganggap konsumsi ikan butuh biaya mahal. Pasalnya, acauan hanya melihat dari komoditas ikan laut, padahal untuk perikanan darat seperti nila dan lele harganya hampir sama dengan daging ayam.
“Jangan salah juga, kandungan gizi dalam ikan juga lebih tinggi sehingga harus terus disosialisasikan. Bahwa memenuhi gizi tidak harus mengkonsumsi daging merah atau ayam, tapi bisa lewat ikan yang lebih murah harganya,” kata Wahid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News