Harianjogja.com, JOGJA—Job hopping adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan berpindah-pindah pekerjaan dalam waktu singkat, biasanya kurang dari dua tahun di satu perusahaan.
Fenomena ini semakin umum terjadi, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z di Indonesia. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung loyal terhadap satu perusahaan, generasi muda saat ini lebih fleksibel dan terbuka terhadap berbagai peluang kerja yang menawarkan pengalaman baru, gaji lebih tinggi, atau lingkungan kerja yang lebih sehat.
Gejala Job Hopping di Indonesia
Fenomena job hopping di Indonesia mulai terlihat jelas dalam satu dekade terakhir. Salah satu gejala utamanya adalah tingginya tingkat perpindahan kerja di kalangan pekerja muda, khususnya yang berusia antara 25 hingga 35 tahun.
Kelompok ini cenderung memandang pekerjaan bukan sekadar sumber penghasilan, melainkan sebagai sarana pengembangan diri dan pencapaian personal.
Selain itu, ada kecenderungan kuat dari para pekerja muda untuk mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.
Banyak dari mereka yang memilih keluar dari pekerjaan yang dianggap terlalu menuntut atau tidak ramah terhadap kesejahteraan mental. Hal ini membuat perusahaan yang tidak mampu beradaptasi kehilangan banyak talenta potensial.
Perubahan pola rekrutmen juga menjadi gejala lain dari fenomena ini. Kini, banyak perusahaan mulai memahami dan menerima kenyataan bahwa berpindah-pindah pekerjaan bukan lagi indikator ketidaksetiaan, selama seorang kandidat dapat menunjukkan kontribusi nyata dalam waktu singkat dan menjelaskan alasan perpindahannya secara rasional.
Di sisi lain, meningkatnya peran platform digital seperti LinkedIn, JobStreet, dan Glints turut memudahkan proses pencarian kerja. Teknologi mempercepat mobilitas tenaga kerja dan memberikan akses yang lebih luas terhadap peluang baru, sehingga membuat karyawan lebih berani untuk mencoba tantangan berbeda.
Gejala terakhir yang mencolok adalah keinginan kuat dari para pekerja muda untuk cepat naik jabatan dan memperoleh peningkatan gaji. Ketika mereka merasa kariernya stagnan atau tidak ada peluang berkembang, mereka tidak ragu untuk mencari tempat baru yang lebih menjanjikan.
BACA JUGA: Bisnis Pengelolaan Sampah Ilegal Marak di Bantul, Warga Terganggu Asap dan Bau Menyengat
Dampak Job Hopping
Job hopping memiliki dampak positif dan negatif. Di sisi positif, kebiasaan ini dapat memperkaya pengalaman dan keahlian seseorang dalam waktu singkat, memperluas jaringan profesional, serta meningkatkan daya tawar di pasar kerja.
Namun, dari sisi negatif, job hopping dapat menimbulkan kesan kurang loyal di mata sebagian perusahaan, meningkatkan risiko kehilangan stabilitas karier, dan membuat pekerja kehilangan manfaat jangka panjang seperti tunjangan pensiun atau peluang promosi internal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Dari berbagai sumber