IMF Peringatkan Tatanan Baru Ekonomi Global

3 hours ago 1

Harianjogja.com, JOGJA—Perang dagang AS- China kembali memanas dengan diterapkannya tarif 100 oleh Amerika Serikat, menciptakan gelombang ketidakpastian baru di kancah global. Pertemuan tahunan IMF- Bank Dunia mengonfirmasi dunia sedang memasuki" tatanan baru" yang ditandai ketegangan dagang, kelelahan kebijakan, dan ancaman perubahan iklim sebagai penentu utama masa depan ekonomi global.

Pertemuan IMF dan Bank Dunia tahun ini menegaskan satu hal, yaitu dunia tengah memasuki “ tatanan baru ” ekonomi global, di mana ketidakpastian, ketegangan dagang, dan ancaman iklim menjadi faktor utama yang membentuk arah kebijakan global ke depan.

Meski ekonomi global menunjukkan ketahanan yang cukup kuat di tengah berbagai guncangan kebijakan selama sembilan bulan pertama masa jabatan kedua Presiden AS Donald Trump, ketidakpastian masih menjadi momok utama.

“Sejak kebijakan Liberation Day diberlakukan, sangat melelahkan bagi para pembuat kebijakan untuk memahami dan menjelaskan arah kebijakan kepada publik, ” ujar Deputi Gubernur Bank of Thailand, Piti Disyatat, dikutip dari Reuters, Senin( 20/10/2025).

Seorang pejabat delegasi Jepang menambahkan, meski ekonomi global tampak lebih tangguh dari perkiraan sebelumnya, tidak ada ruang untuk berpuas diri. “ Ketidakpastian masih terlalu besar, ” ujarnya.

Ketegangan memuncak setelah AS kembali memberlakukan tarif 100 terhadap ekspor China sebagai respons atas pembatasan ekspor mineral langka yang diberlakukan Beijing. Eskalasi ini menegaskan semakin tajamnya persaingan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menilai, meningkatnya kerja sama antarnegara menjadi sinyal positif di tengah situasi global yang penuh ketegangan. “ Banyak negara kini sadar bahwa kerja sama internasional tidak bisa lagi dianggap remeh, ” katanya.

Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo- Iweala menambahkan, meski konflik AS- China meningkat, hal itu belum berkembang menjadi perang dagang global. Sebaliknya, banyak negara justru memperdalam hubungan dagang bilateral dan indigenous.

Selain isu ekonomi, perubahan iklim muncul sebagai risiko terbesar. Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan Lesetja Kganyago menegaskan bahwa perubahan iklim adalah persoalan makroekonomi yang memengaruhi stabilitas keuangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |