Harianjogja.com, BANTUL–Harga bawang merah di Bantul mencapai Rp46.000 per kilogram (Kg) atau melebihi harga acuan pemerintah. Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul paparkan penyebabnya.
Plt. Kepala DKUKMPP Bantul, Fenty Yusdayati menyampaikan harga bawang merah tersebut lebih tinggi daripada harga acuan pemerintah yang mencapai Rp41.500 per Kg. Hal itu disebabkan karena penanaman bawang merah di Bantul belum memasuki masa panen.
“Penyebab lainnya juga karena faktor cuaca dan lahan terendam air, bawang merah jadi busuk,” katanya, Selasa (15/4/2025).
BACA JUGA: Wakil Bupati Bantul Sekolah Rakyat untuk SMA dan Sederajat Telah Disiapkan Tempat
Fenty menyebut selama ini bawang merah di Bantul dipasok dari dalam daerah. Wilayah pemasok bawang merah tertinggi selama ini berada di Kretek. Di sana ribuan lahan persawahan dan pasir yang ditanami bawang merah.
Sementara Ulu-ulu Kalurahan Parangtritis, Elyas Suprapta menuturkan saat ini penanaman bawang merah di Kalurahan Parangtritis baru memasuki masa tanam (MT) I. Pada MT I tersebut, bawang merah yang belum ditanam di seluruh lahan yang ada.
Dia menyampaikan ada 156 hektar lahan persawahan dan 50 hektar lahan pasir yang ditanami bawang merah di wilayahnya. Namun, saat ini hanya ada sekitar 50 hektar lahan yang ditanami bawang merah.
“Saat ini curah hujan tinggi. Kemarin [produktivitas bawang merah] MT I bisa mencapai 13 ton per hektar. MT II lebih tinggi bisa mencapai 19-23 ton per hektar,” katanya.
Dia menyampaikan pada MT I, curah hujan yang tinggi mempengaruhi produktivitas penanaman bawang merah. Beberapa lahan sawah yang berpotensi tergenang air pun tidak ditanami bawang merah. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi gagal tanam.
Dia menyebut pada akhir Maret lalu sempat ada sekitar 3.000 lahan yang tergenang air hujan. Genangan air tersebut menyebabkan terjadi gagal tanam. Petani pun telah melakukan penanaman kembali bibit bawang merah di sana.
“Harapannya puncak panen [bawang merah] pada pertengahan Juni. Karena sekarang masih ada beberapa [petani] yang baru menanam, karena curah hujan masih tinggi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News