Asma pada Anak Berbahaya, Kenali Tandanya

16 hours ago 6

Harianjogja.com, JAKARTA—Asma pada anak-anak patut diwaspadai. Penyakit ini kronis yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas.

"Batuk-batuk merupakan gejala utama asma. Di samping itu, misalnya gejala nafas berbunyi, seperti bunyi peluit atau mengi," kata dokter Wahyuni Indrawati, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Rabu (7/5/2025).

"Itu dua gejala utama yang dapat kita curigai apakah ini gejala asma atau penyakit lain," kata konsultan respirator anak itu.

Meskipun anak-anak berusia di bawah lima tahun umumnya lebih sering mengalami infeksi saluran pernafasan dibandingkan anak yang lebih besar, ia mengatakan, orang tua sebaiknya waspada kalau anak sering batuk.

"Kalau tiap bulan batuk, nah itu jangan-jangan, harus dicurigai merupakan gejala atau ciri khas asma," katanya.

Ia menyampaikan bahwa anak yang pada siang hari bisa beraktivitas sebagaimana biasa tetapi batuk berat pada malam hingga dini hari ada kemungkinan menderita asma.

Gejala asma yang lain yakni sesak nafas dan munculnya rasa tertekan atau nyeri pada dada akibat penyempitan saluran nafas dan peradangan di area sekitarnya.

BACA JUGA: Iduladha 2025, Mahasiswi Dikerahkan untuk Tingkatkan Penjualan Hewan di Bantul

Menurut informasi yang disiarkan di situs web resmi Kementerian Kesehatan, dokter mendiagnosis asma berdasarkan hasil wawancara medis, pemeriksaan fisik, tes fungsi paru-paru, dan tes alergi jika diperlukan.

Pasien yang didiagnosis menderita asma memerlukan pengobatan untuk mengendalikan gejala, mencegah serangan asma, dan meningkatkan kualitas hidup.

Dokter akan merekomendasikan pengobatan yang sesuai dengan kondisi asma pasien.

Pengobatan asma dapat mencakup penggunaan inhaler untuk mengendalikan gejala asma dalam jangka panjang atau inhaler untuk meredakan gejala dengan cepat.

Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan tambahan untuk mengontrol gejala alergi yang memicu serangan asma.

Di samping itu, perlu dilakukan manajemen lingkungan untuk menghindari pemicu asma seperti alergen atau iritan lingkungan serta penerapan gaya hidup sehat untuk membantu mengontrol gejala asma.

Siaran informasi Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa asma disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Riwayat keluarga dengan asma dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami asma.

Jika salah satu atau kedua orang tua sakit asma, maka kemungkinan anaknya mengalami asma lebih tinggi.

Dokter Wahyuni menyampaikan bahwa riwayat alergi orang tua juga berhubungan dengan peluang anak mengalami asma.

Menurut dia, anak yang ayah atau ibunya punya riwayat alergi peluangnya mengalami asma 40 persen dan anak yang kedua orang tuanya punya riwayat alergi kemungkinannya mengalami asma bisa 60 persen sampai 80 persen.

Sedangkan anak yang keluarganya tidak punya riwayat alergi, ia menyampaikan, peluangnya mengalami asma sebesar 20 persen.

"Alergi tak harus selalu asma, tapi riwayat penyakit alergi lain juga harus ditanyakan pada keluarga khususnya ayah dan ibu," katanya.

Sedangkan faktor lingkungan yang dapat memicu asma antara lain polusi udara, paparan asap rokok, paparan bahan kimia tertentu, serta paparan alergen seperti serbuk sari, bulu binatang, debu, tungau, jamur, dan serbuk kayu.

Asma juga dapat dipicu oleh infeksi virus atau bakteri pada saluran napas serta faktor lain seperti aktivitas fisik yang intens, kondisi cuaca ekstrem, stres, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |