Sineas Muda Kesulitan Akses Pendanaan Film

2 hours ago 1

Sineas Muda Kesulitan Akses Pendanaan Film Produser Miles Film, Mira Lesmana (kanan) bersama Senior Vice President MSME Amar Bank, Josua Sloane dalam diskusi panel bertajuk The Mising Script pada penyelenggaraan JAFF Market 2025 Powered by Amar Bank, Minggu (30/11/2025) di Jogja Expo Center. - Harian Jogja/Yosef Leon.

Harianjogja.com, BANTUL—Pendanaan masih menjadi persoalan utama bagi sineas, terutama mereka yang baru memulai karier di industri film. Minimnya rekam jejak, pasar yang terbatas, dan perbankan yang belum akrab dengan risiko industri kreatif membuat akses modal semakin sulit.

Produser Miles Film, Mira Lesmana mengatakan bahwa persoalan terbesar dalam produksi film Indonesia hingga kini tetap sama yakni soal pendanaan yang sulit dan penuh ketidakpastian. Tiga dekade berkarya tidak otomatis membuat rumah produksinya lebih mudah mendapatkan modal. Menurutnya, setiap proyek film harus dikelola dengan kalkulasi yang sangat hati-hati agar investor yakin dan risiko kerugian dapat ditekan.

Mira menjelaskan bahwa sebelum memutuskan memproduksi sebuah film, tim harus memprediksi jumlah penonton dan potensi pasar. Semakin kecil pasar, semakin ketat pula pengaturan anggarannya. Setelah budgeting final, proposal dibawa ke calon investor untuk dilihat proyeksi biaya dan pendapatannya. 

“Pendanaan dari perbankan itu sulit karena bank kesulitan menilai risiko film. Maka kami harus membuktikan melalui rekam jejak, perencanaan yang matang, dan manajemen keuangan yang ketat,” ujarnya, dalam diskusi panel bertajuk The Mising Script pada penyelenggaraan JAFF Market 2025 Powered by Amar Bank, Minggu (30/11/2025) di Jogja Expo Center. 

Mira menjelaskan cashflow juga menjadi kunci. Pendanaan bisa dibagi per tahap dengan empat bagian atau per tiga bulan agar arus kas investor tetap terkontrol. Pengelolaan anggaran selama produksi pun harus disiplin, termasuk biaya aktor, lokasi, hingga setiap departemen teknis.

“Film itu besar sekali skalanya. Kalau tidak tepat guna sejak awal, produksi bisa terganggu,” kata Mira.

Senior Vice President MSME Amar Bank, Josua Sloane menilai kebutuhan pembiayaan film terus tumbuh di Indonesia tetapi industri ini masih kesulitan mengakses perbankan konvensional. “Permintaan film meningkat, talentanya bagus, tapi pengelolaan keuangan banyak yang belum rapi. Banyak pelaku datang ke kami bertanya apakah portofolio mereka bisa dikelola lewat Amar Bank,” katanya. 

Amar Bank mengeluarkan produk Amar Bank Bisnis yang dikembangkan khusus untuk pelaku UMKM kreatif, termasuk film. Menurut Josua, sineas muda perlu mulai membangun rekaman transaksi yang sehat agar bank bisa menganalisis bisnis mereka secara lebih akurat.

Pihaknya kini membuka opsi kredit per proyek, dengan plafon hingga miliaran rupiah, tergantung kapasitas bayar dan kelayakan usaha. Tidak hanya rumah produksi, tetapi juga artis, penyedia alat, dan pelaku teknis lain dapat mengajukan pembiayaan.

“Kami masuk ke pasar yang belum digarap bank konvensional. Ekraf punya peluang besar, nilai PDB-nya tahun ini mencapai Rp3,5 triliun. Kami sudah membiayai dua film dengan maksimal kredit Rp5 miliar,” ujar Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |