Sering Kesulitan Air, Petani Bawang Merah di Purwosari Gunungkidul Minta Dibuatkan Sumur Bor

15 hours ago 5

Sering Kesulitan Air, Petani Bawang Merah di Purwosari Gunungkidul Minta Dibuatkan Sumur Bor Salah seorang petani di Padukuhan Ploso, Giritirto saat melakukan perawatan tanaman bawang merah di lahan yang dimiliki. Senin (28/4/2025). - Harian Jogja - David Kurniawan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Petani bawang merah di Kalurahan Giritrito, Purwosari, Gunungkidul berharap ada bantuan sumur air dalam. Fasilitas itu dibutuhkan untuk pemeliharaan karena tanaman ini membutuhkan air yang banyak.

Petani bawang merah di Padukuhan Ploso, Giritirto, Kasiyem mengatakan sejak lima tahun terakhir terus menanam bawang merah. Komoditas ini dinilai lebih menguntungkan ketimbang tanaman lain seperti padi dan lainnya.

“Bawang merah lebih untung karena dengan perawatan Rp6 juta, bisa mendapatkan hasil Rp60 juta dari satu kuintal bibit,” kata Kasiyem, Rabu (7/5/2025).

Meski demikian, ia mengakui dalam pemeliharaan tak luput dari masalah. Selain harus secara rutin melakukan pembasmian hama, tanaman bawang merah juga membutuhkan banyak air.

Hal inilah yang menjadi kendala, khususnya saat memasuki musim kemarau. Kasiyem tidak menampik ada Telaga Ploso yang masih memiliki debit air, namun tidak bisa dimanfaatkan karena dipergunakan untuk pemeliharaan ikan.

Solusi dari permasalahan kekurangan air ini, sering kali petani di Giritirto membeli air dari tangki pengangkut. “Satu tangki seharga Rp110.000. terpaksa kami beli karena tidak ada sumber air lainnya,” katanya, Rabu (7/5/2025).

Ia berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan sumur air dalam. Menurut dia, petani tidak bisa membuat secara swadaya karena nilainya satu sumur bisa lebih dari Rp100 juta.

“Jelas kami tidak mampu kalau harus membuat sendiri. Harapannya, ada bantuan sehingga dengan adanya sumur ini biaya pemeliharaan bisa ditekan,” katanya.

BACA JUGA: Indeks Ketimpangan Gender di DIY Terendah Kedua Nasional Setelah Jakarta

Sebelumnya, Lurah Giritirto, Hariyono mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir, warganya memilih menanam bawang merah ketimbang padi. Menurut dia, tanaman bawang dinilai lebih prospektif karena memiliki keuntungan yang lebih tinggi.

“Kalau tanam padi, sekali tanam hanya mendapatkan hasil Rp12 juta,” katanya, Senin (28/4/2025).

Kondisi berbeda didapatkan petani di Giritirto saat memanen bawang merah. Pasalnya, sambung Hariyono, pada saat panen bisa mendapatkan hasil mencapai Rp125 juta.

“Yang akan panen [bawang merah] saat ini, sudah ada yang menawar Rp90 juta. Ini jelas lebih prospektif ketimbang menanam padi atau tanaman pangan lainnya dan yang menanam bawang merah juga semakin banyak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |