Jakarta (ANTARA) - Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) diperingati setiap tanggal 20 Desember di Indonesia.
Momen ini bukan hanya sekadar seremonial semata, melainkan simbol penting yang merefleksikan nilai-nilai luhur gotong royong, persaudaraan, dan solidaritas sosial dalam masyarakat di Indonesia.
Berikut ini adalah ulasan tentang sejarah, makna, dan implementasi HKSN pada saat ini.
Sejarah Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
HKSN lahir dari peristiwa bersejarah di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militer kedua yang menyebabkan pendudukan Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu.
Dalam situasi darurat tersebut, rakyat yang terdiri dari berbagai lapisan bahu-membahu untuk saling membantu, mulai dari memberikan makanan, menyediakan tempat perlindungan, hingga mendukung perjuangan tentara di garis depan.
Semangat kebersamaan dan kesetiakawanan sosial inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor penting yang membantu Indonesia bertahan dari ancaman para penjajah yang kembali.
Pemerintah kemudian menetapkan tanggal 20 Desember sebagai Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional untuk mengabadikan semangat tersebut.
Penetapan resmi HKSN pertama kali dicetuskan oleh Menteri Sosial pada saat itu, yakni H Moeljadi Djojomartono pada tanggal 20 Desember 1958.
Dalam perkembangannya, HKSN tidak hanya dimaknai sebagai pengingat sejarah, tetapi juga sebagai momentum untuk merevitalisasi nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial.
Makna kesetiakawanan sosial
Kesetiakawanan sosial mencerminkan sikap saling peduli, berbagi, dan mendukung antarsesama, terutama dalam menghadapi tantangan sosial seperti kemiskinan, bencana, dan ketimpangan sosial. Nilai-nilai kesetiakawanan sosial mencakup:
1. Gotong royong
Merupakan inti budaya Indonesia yang mengedepankan kerja sama dan saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Solidaritas
Kesadaran untuk berbagi kebahagiaan dan beban dengan orang lain tanpa memandang latar belakang.
3. Kemanusiaan
Pengakuan terhadap hak dan martabat setiap individu sebagai bagian dari masyarakat.
Di era modern ini, kesetiakawanan sosial juga dihubungkan dengan upaya menciptakan keadilan sosial dan inklusi bagi semua kalangan, termasuk kelompok-kelompok marginal.
Implementasi HKSN di era modern
Seiring perubahan zaman, nilai-nilai kesetiakawanan sosial terus diperbarui agar relevan dengan tantangan saat ini. Beberapa bentuk implementasi HKSN di era modern adalah sebagai berikut:
1. Program pemerintah
Bantuan sosial
Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI melaksanakan berbagai program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), dan bantuan sosial lainnya untuk membantu masyarakat miskin dan rentan.
Pemberdayaan komunitas
Pemerintah mendukung inisiatif lokal seperti kelompok usaha bersama (KUBE) dan lembaga kesejahteraan sosial masyarakat untuk meningkatkan kemandirian masyarakat.
2. Gerakan masyarakat
Relawan sosial
Banyak komunitas kolektif dan organisasi relawan yang aktif dalam membantu korban bencana, mendukung pendidikan anak-anak kurang mampu, dan memberikan pelayanan kesehatan gratis.
Donasi
Tren penggalangan dana melalui platform digital seperti Kitabisa.com ataupun kampanye berdonasi melalui sosial media seperti Instagram, mencerminkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk membangun solidaritas sosial di tengah masyarakat.
3. Pendidikan kesetiakawanan sosial
Kesetiakawanan sosial juga diajarkan melalui kurikulum pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler, dan pelatihan kepemimpinan. Hal ini bertujuan membentuk generasi muda yang memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama.
4. Perusahaan dan CSR (Corporate Social Responsibility)
Perusahaan semakin menyadari pentingnya kesetiakawanan sosial dalam bisnis mereka. Program CSR yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, pelestarian lingkungan, dan pendidikan menjadi bagian dari implementasi nilai HKSN di sektor swasta.
Tantangan dan harapan
Tantangan
1. Individualisme dan konsumerisme
Globalisasi dan budaya modern sering kali mendorong sikap individualisme yang bertentangan dengan semangat kesetiakawanan sosial.
Masyarakat cenderung acuh dengan permasalahan sosial yang Anda, terlebih lagi jika masalah itu belum menimpa dirinya sendiri atau orang terdekat mereka.
2. Ketimpangan sosial
Kesenjangan antara kaya dan miskin masih menjadi hambatan utama dalam memperkuat solidaritas sosial.
Adanya gap atau jarak cenderung membuat pandangan sentimen antara dua kaum yang berbeda secara kelas sosial dalam bersama-sama menjaga nilai-nilai kesetiakawanan ini.
Harapan
Untuk menjaga relevansi HKSN, perlu ada upaya kolektif dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta. Edukasi dan kampanye mengenai pentingnya kesetiakawanan sosial harus terus digalakkan agar nilai-nilai ini tetap hidup dalam setiap generasi.
Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan pengingat akan esensi jati diri bangsa Indonesia yang kaya akan nilai-nilai solidaritas.
Dalam dunia yang semakin kompleks, perwujudan nilai kesetiakawanan sosial membutuhkan inovasi dan adaptasi untuk menjawab tantangan zaman.
Baca juga: Pemkot Jakpus manfaatkan Taman HKSN untuk hidupkan aktivitas sosial
Baca juga: DPP LDII : Sambut HKSN dengan kerja sama dan peduli sesama
Baca juga: Pemprov Babel dukung penuh penyelenggaraan HKSN
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024