Ilustrasi waste to energy, atau sampah jadi energi. / Freepik
Harianjogja.com, JOGJA—Program Mas Jos (Masyarakat Jogja Olah Sampah) yang digagas Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, mulai menunjukkan dampak signifikan di Kelurahan Gowongan, Kemantren Jetis. Kawasan ini juga meliputi Tugu Jogja yang berada di jalur sumbu filosofis sehingga pengelolaan sampah menjadi perhatian penting.
Lurah Gowongan, Tika Andriatiavita mengatakan, sebelum program dimulai, sampah harian Kelurahan Gowongan yang masuk depo mencapai sekitar 2,1 ton per hari. Melalui penguatan pengolahan organik dan pemilahan ketat, jumlah tersebut kini turun menjadi kisaran 1,6–1,7 ton per hari sepanjang November 2025.
“Pengurangan ini karena kami mendorong warga tidak membuang sampah organik, tetapi mengolahnya. Ada yang dibuat pakan ternak dan ada yang mengandalkan maggot sehingga sampah yang masuk depo bisa ditekan cukup jauh,” ujar Tika, Selasa (2/12/2025).
Setiap RW di Gowongan juga memiliki bank sampah yang aktif berjalan. Selain itu, kader Mas Jos dari unsur RW, PKK, dan pengelola bank sampah terlibat dalam kegiatan rutin Gowongan Sempurna untuk mendampingi warga mengolah sampah rumah tangga.
Penguatan pola pengelolaan juga menyasar kawasan Tugu Jogja yang ramai wisatawan. Komitmen bersama warga, Ketua RW, Ketua Kampung, dan tokoh masyarakat menjadi kunci dalam menjaga kebersihan, khususnya di area yang menjadi bagian penting sumbu filosofis.
“Kami memperkuat komitmen bersama agar warga disiplin tidak membuang sampah sembarangan dan saling mengingatkan. Pengawasan yang dilakukan tetangga sendiri biasanya lebih efektif daripada teguran dari kami,” katanya.
Gowongan juga bersiap menghadapi penutupan sementara TPA Piyungan pada akhir tahun. Pengelolaan sampah organik dan anorganik dinilai tidak menjadi persoalan karena sistem sudah berjalan. Tantangan terbesar justru ada pada sampah residu yang belum memiliki tujuan penanganan jelas.
“Sampah residu ini yang masih kami pikirkan karena tidak bisa kami kelola. Kami belum punya tempat untuk itu, sementara tidak semua warga mampu membayar jika opsi pengelolaan dilakukan pihak swasta,” ujarnya.
Saat ini Gowongan mengoptimalkan fasilitas yang ada, termasuk enam biopori jumbo yang tersebar di wilayah. Tiga di antaranya dibangun menggunakan APBD dan tiga lainnya merupakan swadaya masyarakat.
Selain pengolahan mandiri, Kelurahan Gowongan masih rutin melakukan kerja bakti bersama warga. Kegiatan ini mencakup seluruh wilayah kelurahan, termasuk kawasan sekitar Tugu Jogja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































