Jerome Hayden 'Jay' Powell, ketua Federal Reserve AS, memiliki karier beragam yang mempengaruhi kebijakan moneter global.
Selasa, 22 Apr 2025 18:30:09

Perekonomian Amerika Serikat sedang babak belur imbas perang dagang dengan China. Kondisi ini diperparah dengan sikap tidak puas Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap Ketua Federal Reserve, Jerome Powell atau dikenal dengan Jay Powell.
Trump, melalui media sosialnya bahkan secara terang-terangan menghardik Powell sebagai seorang pecundang akibat dianggap tidak mampu menjaga pasar saham yang terus mengalami ambruk.
"Ekonomi bisa melambat kecuali Tuan Terlambat, pecundang besar, menurunkan suku bunga, SEKARANG," demikian hardikan Trump.
Dilansir Financial Times, Jerome Hayden 'Jay' Powell adalah sosok yang tak asing lagi di dunia ekonomi dan keuangan, terutama sebagai ketua ke-16 Federal Reserve Amerika Serikat.
Dia lahir pada 4 Februari 1953 di Washington, D.C., Powell memiliki perjalanan karier yang panjang dan beragam. Ia memulai kariernya sebagai pengacara sebelum beralih ke dunia perbankan investasi, di mana ia bekerja di beberapa lembaga keuangan terkemuka.
Sebelum menjabat sebagai ketua Federal Reserve, Powell pernah menjabat sebagai Under Secretary of the Treasury for Domestic Finance di bawah pemerintahan Presiden George H. W. Bush. Setelah itu, ia mendirikan perusahaan investasi pribadinya sendiri, Severn Capital Partners.
Pada tahun 2012, Powell diangkat oleh Presiden Barack Obama sebagai anggota Dewan Gubernur Federal Reserve, dan pada tahun 2018, ia dilantik oleh Presiden Donald Trump sebagai ketua Federal Reserve, menggantikan Janet Yellen.
Pada tahun 2022, Powell kembali mendapat kepercayaan dari Presiden Joe Biden untuk melanjutkan masa jabatannya sebagai ketua Federal Reserve. Masa jabatannya sebagai ketua Federal Reserve akan berakhir pada Mei 2026, sedangkan masa jabatannya sebagai anggota Dewan Gubernur Federal Reserve akan berakhir pada Januari 2028.
Peran dan Tanggung Jawab Jay Powell di Federal Reserve
Sebagai ketua Federal Reserve, Powell memainkan peran yang sangat penting dalam mengarahkan kebijakan moneter Amerika Serikat. Ia bertanggung jawab untuk mengatur suku bunga dan kebijakan moneter lainnya yang berdampak langsung terhadap ekonomi domestik dan global. Keputusan-keputusan yang diambilnya sering kali menjadi sorotan, terutama dalam konteks krisis keuangan global, pandemi COVID-19, dan inflasi yang meningkat.
Pada masa kepemimpinannya, Powell menghadapi berbagai tantangan besar. Salah satu tantangan terbesar adalah merespon dampak ekonomi dari pandemi COVID-19. Ia mengambil langkah-langkah agresif untuk mendukung perekonomian, termasuk menurunkan suku bunga dan meluncurkan program pembelian aset yang besar-besaran. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga likuiditas di pasar keuangan dan mendukung pemulihan ekonomi.
Selain itu, Powell juga harus menangani masalah inflasi yang meningkat. Meskipun memiliki latar belakang yang kuat di dunia investasi, ia bukanlah seorang ahli ekonomi akademis. Namun, ia telah berhasil mendapatkan pujian atas kemampuannya membangun konsensus di antara para anggota Dewan Gubernur dan menyelesaikan masalah yang kompleks.
Kritik dan Tantangan yang Dihadapi Jay Powell
Meskipun banyak yang memuji kepemimpinannya, Powell juga tidak luput dari kritik. Salah satu kritik utama yang sering dilontarkan adalah terkait penanganan inflasi. Beberapa pihak berpendapat bahwa langkah-langkah yang diambilnya tidak cukup agresif untuk mengendalikan inflasi yang terus meningkat. Inflasi yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sebagai ketua Federal Reserve, Powell harus terus memantau kondisi ekonomi dan menyesuaikan kebijakan moneter sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Tindakannya dalam mengatur suku bunga dan kebijakan lainnya dapat memiliki dampak signifikan tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di pasar global.
Dalam menghadapi tantangan ini, Powell berusaha untuk tetap transparan dan komunikatif dengan publik. Ia sering memberikan pernyataan dan penjelasan mengenai keputusan yang diambilnya, sehingga masyarakat dapat memahami arah kebijakan moneter yang diterapkan. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap Federal Reserve dan kebijakan yang dijalankannya.
Artikel ini ditulis oleh


Amerika Serikat Bangkit, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2023 Meroket ke Level 5,2 Persen
Ekonomi Negeri Paman Sam ini tumbuh lebih kuat dibandingkan kuartal II-2023 sebesar 2,1 persen (yoy).

Kurs Rupiah Ambruk Nyaris Sentuh Rp16.000 per USD, Ternyata Ini Pemicunya
Kondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
