Peralihan Musim Sebabkan Pagi Terik, Siang Menjelang Sore Hujan

11 hours ago 3

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono menjelaskan fenomena yang terjadi saat ini tak lepas dari situasi peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Perubahan angin kata Warjono sebenarnya juga sudah terjadi saat ini. 

"[Angin] yang tadinya dari barat ke timur, sekarang dari timur ke barat. Kebetulan pas lagi peralihan, jadi di Jawa ini berbelok arah di tengah-tengah ini berbelok arah ke utara," jelas Warjono pada Rabu (14/5/2025).

Di saat perbelokan arah angin itu lah terjadi penumpukan awan. Awan-awan yang sejatinya sudah berkurang di pagi hhari lantaran telah hujan di laut, kembali terbentuk karena ada perbelokan angin ini. 

BACA JUGA: BMKG Sempat Membuat Peringatan Dini

"Jadi sebenarnya awan-awan-awan ini pagi sudah berkurang, karena sudah hujan di laut Jadi rata-rata malam hari itu sampai pagi itu hujannya sudah di laut. Di daratan kosong," ungkapnya.

"Tapi nanti pas sore, siang menjelang sore Itu sudah mulai tumbuh lagi di pegunungan. Karena arahnya kan dari selatan ke utara cenderung dari tenggara atau dari selatan ke utara. Sehingga ketika masuk ke pegunungan Menoreh atau Merapi Itu terjadilah pembentukan awan," imbuhnya. 

Hal itu lah yang menyebabkan awan-awan hujan masih ada di wilayah pegunungan di hampir seluruh pegunungan yang ada. Karenanya Warjono menjelaskan hujan yang sekarang terjadi posisinya paling banyak ditemui di daerah pegunungan. 

Saat malam hingga pagi hari hujan terjadi laut. Kemudian siang menjelang sore atau bahkan sampai menjelang malam hujan terjadi di utara.

"Malam sampai dini hari itu dari laut bergerak ke utara menuju ke daratan. Nanti siang menjelang sore dari utara bergerak ke selatan jadi masih ada hujan," jelasnya. 

Selama proses peralihan ini hujan akan terus terjadi. Tapi kata Warjono hujan akan berakhir seiring berakhirnya peralihan musim.

"Jadi peralihan muson, jadi muson barat ke muson ke timur lagi proses peralihan sehingga muncul-muncul awan-awan yang kelompok-kelompok kecil. Artinya tidak seluruh wilayah Jogja hujan semua tapi hanya spot-spot kecil sesuai pembentukan gunung itu. Ketika dia tinggi, dia bentuk awan tinggi, bentuk awan, jadi spot-spot lah hujannya dan biasanya ekstrem," terang Warjono. 

Fenomena semacam ini lanjut Warjono bisa terjadi setiap tahun saat-saat musim peralihan terjadi. Di saat musim peralihan itu kah kadang-kadang sering muncul cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin, ada petir, tapi tidak lama. "Paling lama dua jam dia sudah selesai," ujarnya. 

Warjono mengatakan fenomena ini akan berakhir di akhir bulan nanti. Sehingga akhir bulan akan cenderung kering walaupun masih ada hujan kecil-kecil. 

Terkait dampaknya ke pertanian, petani kata Warjono tentunya harus menyiapkan kondisi peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Penanaman padi jangan sampai tiba saat musim kemarau karena intensitas hujan yang berkurang.

"Sudah mepet [untuk tanam] sebenarnya karena nanti keburu kemarau, berapa pekan lagi mungkin 10 hari lagi sudah mulai masuk kemarau. Artinya hujan itu sudah pasti akan berkurang," tegasnya. 

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |