Harianjogja.com, JOGJA—Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 resmi dibuka dengan pameran seni rupa Rekam Jejak di Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG). Pameran ini menjadi refleksi perjalanan para seniman Jogja dalam menggali nilai budaya di tengah modernitas.
FKY 2025 bertajuk Adoh Ratu, Cedhak Watu dibuka yang dibuka Rabu (15/10/2025), merefleksikan tentang kedekatan masyarakat dengan akar budaya dan nilai-nilai lokal di tengah perubahan zaman.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Jogja, Yetti Martanti, menyampaikan tema tersebut sarat filosofi dan menggambarkan kedalaman makna dari proses kreatif para seniman.
“Tema Adoh Ratu, Cedhak Watu ini mengandung filosofi yang dalam dan menjadi dasar pelaksanaan pameran Rekam Jejak. Karya-karya yang ditampilkan menunjukkan bagaimana para perupa Yogyakarta mengeksplorasi perjalanan berkesenian mereka, baik secara personal maupun kolektif,” katanya.
Yetti juga memberikan apresiasi tinggi kepada para seniman yang telah mewarnai TBEG dengan karya-karyanya. Dia berharap keberadaan TBEG yang relatif baru dapat menjadi ruang kreatif terbuka bagi para seniman Kota Jogja.
“TBEG ini luasnya hampir 3,5 hektare. Kami berharap ruang ini bisa dioptimalkan, tidak hanya untuk pameran di dalam ruangan, tetapi juga untuk kegiatan seni di ruang terbuka. Kami ingin TBEG menjadi ruang hidup bagi para seniman dan dikenal lebih luas oleh masyarakat,” katanya.
Sementara itu, kurator pameran, Rain Rosidi, menjelaskan pameran tersebut menampilkan karya dari 30 perupa Kota Jogja yang merekam perjalanan panjang mereka dalam dunia seni rupa.
“Pameran ini menampilkan semangat dedikasi, integritas, dan ketulusan para seniman yang telah berkarya selama bertahun-tahun. Beberapa karya yang dipamerkan merupakan hasil proses kreatif, catatan arsip, hingga dokumentasi perjalanan artistik mereka,” katanya.
Rain menambahkan, Kota Jogja memiliki sejarah panjang dalam perkembangan seni rupa yang selalu beririsan dengan gerakan sosial dan nasionalisme sejak berdirinya Akademi Seni Rupa Indonesia pada tahun 1950.
“Kerja seni bukan sekadar menciptakan benda indah, tetapi juga menyertakan gagasan kreatif dan pesan sosial. Itulah semangat yang ingin kami hadirkan melalui Rekam Jejak,” katanya.
Menurut Rain, proses persiapan pameran dilakukan dalam waktu singkat namun dengan kerja keras dan kolaborasi intens para seniman.
“Selama empat hari penuh, para seniman dan tim bekerja menyiapkan tata ruang, panel, hingga pencahayaan yang layak agar setiap karya bisa dinikmati secara maksimal. Ini bentuk dedikasi mereka yang luar biasa,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News