Optimalkan Biopori Jumbo dan Bank Sampah, Warga Mangkuyudan Jogja Tidak Lagi Gunakan Penggerobak

10 hours ago 5

Optimalkan Biopori Jumbo dan Bank Sampah, Warga Mangkuyudan Jogja Tidak Lagi Gunakan Penggerobak Ketua KWT Subur Makmur Lestari, Sumarsini, memasukkan sampah organik ke dalam biopori jumbo, beberapa waktu lalu. - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Harianjogja.com, JOGJA—Penggerobak merupakan metode yang diandalkan di Kota Jogja untuk pengelolaan sampah dari rumah tangga diangkut ke depo dan berakhir di TPS3R. Namun jika pengelolaan sampah organik dan anorganik sudah optimal hingga tidak ada sampah yang perlu diangkut ke depo, maka penggerobak pun tidak diperlukan lagi.

Kondisi tersebut sudah dilakukan oleh warga Mangkuyudan, Kelurahan Mantrijeron, Kemantren Mantrijeron. Dipelopori oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur Lestari, warga bisa mengoptimalkan pengelolaan sampah mandiri sehingga tidak memerlukan penggerobak.

Ketua KWT Subur Makmur Lestari, Sumarsini, mengatakan pengelolaan sampah organik di wilayah tersebut dilakukan dengan metode biopori jumbo. “Sampah rumah tangga dari satu RW dimasukkan ke situ, ada dua biopori jumbo menggunakan empat bis beton,” ujarnya dikutip Minggu (13/7/2025).

BACA JUGA: Tol Jogja-Solo: Konstruksi Ruas Prambanan-Purwomartani Capai 78 Persen, Gerbang Tol Kalasan Akan Segera Dibuka di 2026

Biopori jumbo ini diisi setiap hari dengan sampah organik berupa sisa makanan hingga daun-daun kering. Karena ukurannya yang besar dan dicor, pemanenan dilakukan setahun sekali. Biopori jumbo ini sangat efektif untuk mengelola sampah anorganik.

Sedangkan untuk sampah anorganik, KWT bekerja sama dengan bank sampah setempat untuk mengelolanya. “Kami berkolaborasi dengan bank sampah untuk mengelola sampah anorganik. Jadi baik sampah organik maupun anorganik semuanya terkelola,” ungkapnya.

Lewat optimalisasi pengelolaan sampah organik maupun anorganik ini, ia mengaku di wilayah tersebut tidak diperlukan penggerobak untuk mengangkut sampah ke depo. “Kami tidak menggunakan penggerobak, semua sampah sudah terkelola,” ujarnya.

Keberhasilan ini tidak lepas dari ketelatenan seluruh warga untuk mengelola sampahnya secara mandiri. Dalam mengelola biopori jumbo misalnya, warga bergantian menyiram cairan tetes tebu dan EM4 minimal tiga hari sampai sepekan sekali.

BACA JUGA: Pakar UGM: Bakteri Bisa Dimanfaatkan sebagai Pengganti Pestisida Sintetis dalam Pertanian

Cairan itu berfungsi untuk menjaga biopori jumbo agar tidak berbau. Adapun hasil biopori jumbo berupa pupuk kompos. Pupuk ini kemudian dimanfaatkan oleh KWT Subur Makmur Lestari untuk aktivitas menanam di lingkungan sekitarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |