Mendagri Ingatkan Kenaikan Pangan Agar Tak Ganggu MBG

1 hour ago 1

Mendagri Ingatkan Kenaikan Pangan Agar Tak Ganggu MBG Foto ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis, burger dan buah. Foto dibuat menggunakan Artificial Intelligence - AI.

Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap kenaikan harga pangan yang mulai muncul di sejumlah wilayah. Dalam laporan kepada Presiden Prabowo Subianto, Tito menyebut stabilisasi harga menjadi kunci agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap berjalan lancar.

Dalam rapat terbatas dipimpin Presiden Prabowo, Mendagri melaporkan bahwa angka inflasi saat ini berada pada level 2,86 persen (year on year).

"Artinya cukup terkendali baik, terutama sektor pangan juga malah menjadi penyeimbang deflasi," kata Tito dalam keterangan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/11/2025).

Tito menjelaskan bahwa komoditas beras yang sebelumnya menjadi perhatian, kini menunjukkan perbaikan signifikan dan keluar dari urutan daftar pangan bermasalah. Bahkan, sejumlah daerah yang mengalami penurunan harga beras semakin banyak.

Menurut Tito, penurunan harga beras itu dapat tercapai berkat Menteri Pertanian, sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional Amran Sulaiman yang juga bekerja sama dengan Bulog, serta pemerintah daerah.

Meski demikian, Tito melaporkan adanya kenaikan pada bawang merah, cabai, dan sedikit pada telur ayam ras, yang perlu diantisipasi terutama untuk mendukung program MBG.

"Yang memang agak sedikit naik adalah bawang merah, cabai, kemudian sedikit telur ayam ras. Nah ini yang perlu untuk mensuplai terutama program MBG," katanya.

Selain itu, Mendagri juga menyampaikan perkembangan pertumbuhan ekonomi daerah yang dibahas secara berkala bersama Presiden.

Pertumbuhan ekonomi daerah tertinggi berasal dari Maluku Utara, sedangkan daerah yang mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi atau minus, yakni Papua Tengah yang disebabkan tertahannya ekspor dari PT Freeport.

"Beliau tanya kenapa penyebabnya, di antaranya karena adanya ekspor dari Freeport yang tertahan, adanya smelter yang pernah terbakar, kemudian ada longsor di mana produksinya mereka menjadi tertahan. Itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Papua Tengah, Timika, itu mengalami kontraksi minus 8 persen," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |