Lama Tinggal Wisatawan di Bantul Masih Fluktuatif

3 hours ago 1

Lama Tinggal Wisatawan di Bantul Masih Fluktuatif Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. Antara - Hery Sidik

Harianjogja.com, BANTUL – Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Bantul optimistis rata-rata lama tinggal wisatawan atau Length of Stay (LOS) di wilayahnya akan meningkat pada 2025. Kenaikan itu disinyalir ditopang oleh maraknya agenda wisata dan tren sport tourism yang tengah digemari kalangan muda.

Subkoordinator Kelompok Substansi Promosi Kepariwisataan Dispar Bantul, Markus Purnomo Adi, mengatakan kajian LOS 2025 saat ini masih disusun dan ditargetkan rampung bulan depan. Kajian tersebut melibatkan 83 sampel yang terdiri atas tiga hotel berbintang, 26 hotel nonbintang atau guest house, serta 54 homestay di desa wisata.

"Kajian ini akan menjadi acuan kami untuk melihat pola pergerakan dan juga kebiasaan wisatawan sehingga bisa menjadi dasar perumusan program di tahun depan," ujarnya, Rabu (5/11/2025).

Data dari Dispar setempat mencatat bahwa pada 2023, rata-rata lama tinggal wisatawan domestik tercatat 1,6 hari dan wisatawan mancanegara 1,84 hari. Sementara itu, pada 2024 naik menjadi 1,9 hari untuk domestik dan 2,4 hari untuk mancanegara.

Markus menambahkan, peningkatan itu sejalan dengan makin banyaknya event yang digelar di Bantul. “Setiap tahun ada enam agenda sport tourism besar dari Dispar Bantul yang terjadwal, belum termasuk kegiatan dari pihak lain. Ini tentu membantu memperpanjang masa tinggal wisatawan,” tuturnya.

Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra Dwi Utomo, menilai lama tinggal wisatawan tidak hanya bergantung pada event wisata, tetapi juga momentum libur panjang. “Wisatawan domestik biasanya cenderung bepergian saat libur Lebaran atau libur sekolah, sedangkan wisatawan mancanegara menyesuaikan musim di negaranya,” kata Hendra.

Ia menekankan pentingnya strategi promosi yang lebih kreatif agar wisatawan tidak sekadar singgah, melainkan juga mau memperpanjang masa liburannya di Bantul. “Perlu kolaborasi antara pelaku industri dan pemerintah untuk menciptakan daya tarik yang berkelanjutan,” tambahnya.

Hendra juga menyoroti persoalan tingkat okupansi hotel yang masih rendah. Hal itu diklaimnya akibat maraknya penginapan tidak resmi yang justru lebih banyak dipilih wisatawan. “Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi validitas data lama tinggal wisatawan, karena banyak yang tidak tercatat dalam sistem resmi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |