Harianjogja.com, JOGJA—Pelaku wisata DIY seperti Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY dan Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY menyebut ada beberapa kendala dalam mendorong kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) ke DIY. Seperti adanya konflik di Timur Tengah hingga harga tiket pesawat yang mahal.
BACA JUGA: Pengetatan Anggaran Berdampak Kepada Promosi Pariwisata
Ketua GIPI DIY, Bobby Ardianto mengatakan kunjungan Wisman ke DIY Juni 2025 dibandingkan Juni 2024 kondisinya hampir sama, ada penurunan sekitar 10-12%. Dia juga khawatir pada Juli- Agustus 2025 masih akan terpengaruh dampak konflik di Timur Tengah.
Ia berharap dampak konflik yang berpengaruh pada kunjungan Wisman ini diimbangi dengan promosi yang konsisten. Sehingga bisa membuat kunjungan menjadi lebih baik.
"Harapannya konflik yang mereda ini diikuti update kontinyu informasi terkini," ucapnya, Jumat (4/7/2025).
Bobby mengatakan tujuannya agar bisa cepat memulihkan kepercayaan publik terhadap kondisi keamanan wilayah konflik. "Mengingat sebagian besar wilayah mereka adalah hub dalam perjalanan wisatawan dari berbagai negara terutama Europe ke South of Asia," lanjutnya.
Sementara itu, Humas Asita DIY, Iwan Sulistyanto menjelaskan faktor lain yang mempengaruhi kunjungan Wisman ke DIY adalah tingginya biaya di Jawa. Menurutnya banyak yang memilih berkunjung ke Vietnam dan Thailand, di Indonesia yang kebagian hanya Bali.
Iwan mengatakan harga tiket masuk objek wisata di Jawa juga terkenal mahal bagi mereka, ditambah tiket ke Candi Borobudur menggunakan sistem kuota. Ini menjadi isu yang kurang baik bagi Wisman.
"Bromo dan Ijen bisa sak wayah-wayah [kapan saja] tutup, dan berita tentang pengelolaan jeep yang seringkali tidak profesional," ucapnya.
Faktor lainnya menurut Iwan adalah tiket pesawat dari Eropa ke Thailand dan Vietnam lebih murah. Sehingga mereka lebih memilih berkunjung ke dua negara ini. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News