Kerja Sama Sampah Gunungkidul dengan Kota Jogja Terancam Batal

10 hours ago 4

Kerja Sama Sampah Gunungkidul dengan Kota Jogja Terancam Batal Foto ilustrasi insinerator sampah. / Freepik

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Rencana kerja sama pengolahan sampah antara Gunungkidul dan Kota Jogja terancam batal karena Pemkot Jogja memprioritaskan program Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Hary Sukmono, mengungkapkan bahwa pertemuan dengan Pemkot Jogja terkait rencana tersebut telah dilakukan pada 4 September 2025 lalu. Kendati demikian, hingga saat ini belum ada tindak lanjut resmi dari pertemuan tersebut.

Hary menjelaskan, wacana ini awalnya muncul karena Pemkot Jogja memiliki keterbatasan lahan pengolahan, sementara Gunungkidul memiliki ketersediaan lahan untuk pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di wilayah pesisir, tepatnya di Padukuhan Wonosobo, Banjarejo, Tanjungsari.

“Harapannya bisa saling menguntungkan dalam upaya mengatasi persoalan sampah,” ujar Hary, Minggu (21/12/2025).

Menurut Hary, peralihan fokus Pemkot Jogja disebabkan adanya program PSEL yang melibatkan Danantara bersama Pemerintah DIY. Rencananya, fasilitas PSEL akan dibangun di kawasan eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.

“Pemkot Jogja lebih fokus untuk pengolahan sampah yang bisa menghasilkan listrik ini,” imbuhnya.

Mengenai partisipasi Gunungkidul dalam program PSEL tersebut, Hary mengakui belum ada agenda dalam waktu dekat. Saat ini, program PSEL diprioritaskan untuk penanganan sampah wilayah aglomerasi yang meliputi Kota Jogja, Bantul, dan Sleman.

“Ke depan kita [Pemkab Gunungkidul] bisa ikut karena sudah masuk dalam MoU kerja sama. Namun untuk saat ini, Pemkab Gunungkidul bersama Kulonprogo difokuskan pada pengolahan sampah mandiri terlebih dahulu,” jelasnya.

Hary memastikan upaya penanganan sampah di Bumi Handayani tetap berjalan meski kerja sama dengan Pemkot Jogja terancam batal. Salah satunya melalui rencana pembangunan TPST di kawasan TPAS Wukirsari, Kalurahan Baleharjo, Wonosari.

Teknologi yang akan digunakan di TPST ini diklaim lebih ramah lingkungan. Hasil pengolahannya berupa Refuse Derived Fuel (RDF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pada pabrik semen.

Pengawas Lingkungan Hidup DLH Gunungkidul, Dwi Wiyani, menambahkan bahwa proyek TPST Baleharjo saat ini masih dalam tahap penyusunan dokumen Environmental and Social Impact Assessment (ESIA). Dokumen ini berisi analisis potensi dampak proyek terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

“Tujuan utamanya adalah memastikan proyek pembangunan tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan secara lingkungan dan sosial,” kata Wiwik, sapaan akrabnya.

Penyusunan dokumen tersebut melibatkan konsultan dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang juga berkaitan dengan skema pembiayaan proyek. Selain itu, pemerintah sedang melakukan finalisasi penyusunan Detail Engineering Design (DED) untuk menentukan teknologi pengolahan yang paling tepat.

“Anggaran pasti pembangunan masih menunggu selesainya DED. Yang jelas, hasil pengolahan akan menjadi RDF sebagai sumber bahan bakar,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |