Warga menunjukkan hasil budi daya maggot, belum lama ini. / Istimewa
Harianjogja.com, JOGJA—Kemantren Kraton, Kota Jogja terus mendorong inovasi pengelolaan sampah dengan mengadakan pelatihan budi daya maggot yang melibatkan 20 warga. Kegiatan ini digelar sejak akhir Juni 2025.
Program ini diharapkan menjadi solusi berkelanjutan atas permasalahan sampah sekaligus membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.
Mantri Pamong Praja Kemantren Kraton, Sumargandi, menjelaskan maggot dapat diolah dan dipelihara untuk berbagai manfaat, salah satunya sebagai pakan ternak ayam dan burung. Menurutnya, pendekatan ini sejalan dengan visi Kemantren Kraton yang menekankan nilai kemandirian, kedisiplinan, kepedulian, dan kebersamaan dalam semangat Segara Amarta. “Pengelolaan sampah yang inovatif bukan hanya menjawab persoalan lingkungan, tetapi juga bisa memberikan nilai ekonomi bagi warga,” ujar Sumargandi, belum lama ini.
BACA JUGA: Tol Prambanan-Klaten Dibuka, Dinas Parwisata DIY Menyiapkan Paket untuk Menarik Wisatawan
Sebagai bagian dari upaya keberlanjutan, Kemantren Kraton membentuk grup WhatsApp khusus bagi para peserta pelatihan. Grup ini dimanfaatkan untuk mempermudah penyampaian informasi, koordinasi, serta berbagi pengalaman selama proses praktik pengelolaan maggot berlangsung.
Melihat antusiasme warga dan dampak positif program, Kemantren Kraton merencanakan pelatihan serupa pada bulan Juli ini. Sumargandi menambahkan, langkah konkret ini diharapkan menjadi contoh pengelolaan sampah terpadu yang mengubah limbah organik menjadi berkah yang bermanfaat bagi masyarakat. “Kami ingin pelatihan ini bisa memperluas pengetahuan warga, sehingga semakin banyak yang terlibat dalam pengelolaan sampah secara mandiri,” katanya.
Dengan inisiatif ini, Kemantren Kraton berkomitmen terus memberdayakan masyarakat dan mendukung upaya pelestarian lingkungan secara berkesinambungan. Pengolahan sampah ini juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah organik di wilayahnya. Sumargandi mengatakan, volume sampah organik di wilayahnya hampir 70%, jauh lebih banyak dari sampah anorganik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News