Harianjogja.com, SEMARANG—Sopir cadangan bus Cahaya Trans, Gilang (22) mengakui kelalaiannya dalam kecelakaan maut di Exit Tol Krapyak yang menewaskan 16 orang dan melukai 17 lainnya.
Hal itu diungkapkan oleh pria asal Bukittinggi, Sumatra Barat tersebut saat dihadirkan dalam konferensi pers di Pos Simpang Lima, Selasa (23/12/2025) malam.
“Kepada korban, lebih kepada keluarga yang ditinggalkan, saya minta maaf,” ujarnya penuh penyesalan.
Kecelakaan tunggal yang terjadi pada Senin (22/12/2025) dini hari di KM 420-200 Simpang Susun Krapyak tersebut mengakibatkan 16 orang meninggal dunia dan 17 lainnya luka-luka.
Gilang merupakan sopir cadangan yang mulai mengambil alih kemudi dari rest area KM 102 Subang, Jawa Barat, sekitar pukul 21.00 WIB. Diduga karena tidak menguasai medan jalan, bus yang dikemudikannya kehilangan kendali hingga terguling di Simpang Susun Exit Tol Krapyak pada pukul 00.30 WIB.
Saat dihadirkan di depan media, wajah Gilang masih tampak diperban dan mengenakan masker akibat luka yang dialaminya dalam insiden maut tersebut.
Rekam Jejak: Mantan Sopir Truk dengan Pengalaman Minim
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol. M. Syahduddi, mengungkapkan bahwa tersangka baru bekerja di perusahaan otobus (PO) Cahaya Trans selama sekitar dua hingga tiga bulan. Ironisnya, ia baru dua kali mengemudikan bus tersebut setelah sebelumnya berprofesi sebagai sopir truk.
Berdasarkan hasil investigasi, polisi menyimpulkan bahwa kelalaian pengemudi menjadi penyebab utama tragedi ini.
“Pemeriksaan urine sudah kami lakukan menggunakan enam parameter, termasuk ganja, benzo, amfetamin, metamfetamin, dan kokain. Hasilnya negatif,” jelas Syahduddi.
Polisi juga memastikan Gilang tidak dalam kondisi mengantuk. Hal ini terbukti dari rekaman saat transaksi di Gerbang Tol Kalikangkung, di mana kondisinya masih segar dan fokus. Kecelakaan murni disebabkan oleh kecepatan tinggi di tikungan menurun tanpa mengenali karakteristik medan jalan.
Ancaman Pidana dan Kondisi Korban
Atas kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Gilang terancam pidana penjara maksimal enam tahun. Ia dijerat dengan Pasal 310 ayat (2), (3), dan (4) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
Terkait kondisi korban luka, pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa dari 17 orang yang terluka, 12 di antaranya telah diperbolehkan pulang.
“Lima orang masih menjalani perawatan intensif. Salah satu korban baru saja menjalani operasi patah kaki dan tangan. Mereka saat ini dirawat di RSUD Tugurejo, RS Columbia Asia, dan RS Elisabeth,” pungkas Syahduddi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos


















































