Kalurahan Tegalpanggung Jogja Kelola Sampah Organik dengan Biopori

4 hours ago 1

Kalurahan Tegalpanggung Jogja Kelola Sampah Organik dengan Biopori Warga Tegalpanggung mengikuti pelatihan biopori, beberapa waktu lalu. - Istimewa - Dokumen Kelurahan Tegalpanggung

Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah Kelurahan Tegalpanggung, Kemantren Danurejan, terus meningkatkan pengelolaan sampah mandiri. Salah satunya dilakukan dengan pelatihan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik dengan metode biopori.

Lurah Tegalpanggung, Mohammad Ikhwan Pribadi, menjelaskan pelatihan digelar pada akhir Juni 2025 di RW 10 Tegalpanggung. Pelatihan ini menyasar masyarakat khususnya anggota atau nasabah Bank Sampah RW10, RW11 dan RW12 Tegalpanggung.

“Permasalahan sampah di Kota Jogja berangsur-angsur akan mendapatkan solusinya. Pemkot Jogja akan terus mengupayakan solusi menangani darurat sampah di Kota Jogja. Di sisi lain, masyarakat perlu berkontribusi dengan pemilahan sampah,” ujarnya, belum lama ini.

Keberadaan biopori ini untuk mendukung proses pemilahan yang telah dilakukan oleh warga Kelurahan Tegalpanggung. Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari Forum Bank Sampah Kota Jogja, Sri Martini.

Ia menyampaikan sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup seperti hewan, manusia, tumbuhan dan benda hasil olahannya yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat terurai.

“Jika sampah organik tidak diolah maka akan berdampak bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Sampah organik akan mendatangkan manfaat jika dikelola menjadi pupuk yang akan sangat bermanfaat bagi pertanian,” kata dia.

BACA JUGA: Biji Chia Superfood yang Kini Populer, Kenali Manfaatnya untuk Kesehatan

Adapun cara pembuatan biopori yang diajarkan yakni dimulai dengan penentuan lokasi pengeboran. Jika lokasi sudah dikonblok sebaiknya dibongkar dulu. “Pembuatan lubang dengan alat bor diameter 10 sentimeter, diputar searah jarum jam,” katanya.

Setiap mengebor sedalam 10 sentimeter, bor diangkat untuk dikeluarkan tanahnya. Lalu, masukan bor lagi hingga kedalaman 80-100 cm. “Bila kedalaman lebih dari 100 cm, maka cacing dan organisme pengurai lainnya akan kekurangan oksigen, sehingga tidak dapat bekerja maksimal,” katanya.

Pada bibir lubang diperkeras dengan semen atau potongan pendek paralon 20 cm, untuk mencegah terjadinya erosi tanah. “Kemudian di bagian atas ditutup dengan konblok yang sudah ada lubang untuk memasukkan sampah organik,” ujarnya.

Tegalpanggung secara umum mengelola sampah melalui penggerobak dan bank sampah yang ada di setiap RW.  Bank sampah lebih banyak mengelola sampah anorganik, sedangkan sampah residu diangkut penggerobak ke Depo Argolubang, Baciro. Maka, dengan pelatihan biopori ini diharapkan pengelolaan sampah organik semakin meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |