Minyak goreng merek Minyakita. - dok - Kemendag
Harianjogja.com, JAKARTA—Sejumlah harga pangan kembali naik menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), mulai dari beras premium hingga minyak goreng Minyakita yang masih bertahan di atas HET.
Lonjakan harga terjadi pada komoditas penting seperti cabai, bawang, dan minyak goreng. Menurutnya, permintaan yang meningkat jelang Nataru menjadi pemicu utama kenaikan, ditambah kondisi pasokan yang belum sepenuhnya stabil.
Ia juga menyoroti persoalan pada tata niaga Minyakita yang membuat harga tetap tinggi meski pemerintah telah merevisi aturan. Di sisi lain, gangguan logistik di sejumlah wilayah Sumatera menyebabkan distribusi pangan segar ke Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terkendala.
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan harga pangan yang meningkat kali ini mencakup berbagai komoditas penting. Per 3 Desember 2025, beras medium terpantau relatif stabil, namun beras premium masih berada di level tinggi sekitar Rp15.500–Rp15.600 per kilogram.
Komoditas cabai juga menjadi salah satu kelompok yang paling mengalami lonjakan. Cabai merah keriting tercatat di harga Rp65.000 per kilogram, cabai rawit Rp69.000 per kilogram, dan cabai merah TW dibanderol Rp68.000 per kilogram.
Ia menilai lonjakan ini terjadi seiring semakin dekatnya momentum Nataru yang biasanya meningkatkan permintaan. “Cabai-cabaian ini mengalami lonjakan, tentu mengingat beberapa pekan lagi kita akan memasuki Natal dan Tahun Baru,” kata Reynaldi dilansir Bisnis, dikutip Minggu (7/12/2025).
Bawang putih mulai bergerak ke kisaran Rp40.000 per kilogram dan bawang merah mencapai Rp49.000 per kilogram. Adapun daging ayam masih stagnan di kisaran Rp40.000 per kilogram, sedangkan telur berada pada rentang Rp30.500–Rp31.000 per kilogram. Untuk gula pasir juga berada di kisaran Rp18.000 per kilogram.
Reynaldi mengatakan minyak goreng Minyakita masih menjadi sorotan lantaran harganya masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET). Adapun minyak goreng curah ikut bergerak naik ke level Rp19.000 per liter.
“Minyakita ini yang menurut kami menjadi sorotan karena harganya masih di atas HET yang seharusnya Rp15.700 per liter sekarang di Rp17.850 per liter,” ujarnya.
Menurutnya, belum turunnya harga minyak goreng Minyakita mengindikasikan adanya persoalan pada rantai tata niaga, baik dari sisi pasokan maupun regulasi yang berlaku.
Ikappi mempertanyakan mengapa harga Minyakita masih di atas HET, padahal pemerintah telah merevisi aturan terkait. Menurutnya, ketersediaan minyak goreng nasional yang melimpah seharusnya menjadikan harga lebih stabil.
Di sisi lain, gangguan logistik di Sumatera menjadi tantangan tambahan dalam distribusi komoditas pangan. Ikappi tengah memetakan sejumlah kabupaten/kota yang terdampak kerusakan infrastruktur seperti putusnya jembatan, sehingga jalur darat tidak dapat dilalui.
Kondisi ini menghambat pasokan ke wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, kecuali untuk makanan jadi yang bisa dikirim melalui jalur udara. Imbasnya, distribusi kebutuhan pokok, terutama komoditas pangan segar, masih sulit menjangkau sejumlah pasar di daerah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia


















































