Empat Tersangka Baru Kasus Perampokan Permata Louvre Diciduk

2 hours ago 1

Empat Tersangka Baru Kasus Perampokan Permata Louvre Diciduk Foto ilustrasi penangkapan. - Dibuat menggunakan Artificial Intelligence - AI

Harianjogja.com, JOGJA—Penyelidikan perampokan permata Rp1,7 triliun di Museum Louvre berlanjut setelah polisi Prancis menangkap empat tersangka tambahan di Paris. Keempat tersangka baru tersebut adalah dua pria dan dua wanita yang berdomisili di Paris.

Jaksa Paris, Laure Beccuau, dalam pernyataan resminya mengonfirmasi penangkapan tersebut. Keempat tersangka berusia 38 dan 39 tahun untuk pria, serta 31 dan 40 tahun untuk wanita. "Mereka saat ini masih diperiksa oleh penyidik," ujar Beccuau, dikutip dari Sky News, Kamis (27/11/2025).

Hingga berita ini diturunkan, peran spesifik masing-masing tersangka dalam aksi pencurian bernilai fantastis itu masih diselidiki. Berdasarkan hukum di Prancis, mereka dapat ditahan hingga 96 jam untuk menjalani proses interogasi.

Langkah penangkapan ini merupakan perkembangan terbaru setelah penyidik bulan lalu menetapkan empat tersangka awal, terdiri dari tiga pria dan satu wanita. Seluruhnya telah dijatuhi dakwaan awal terkait perampokan yang mengguncang dunia seni dan budaya global.

Perampokan berani di Museum Louvre terjadi pada Oktober 2025. Aksi tersebut berhasil menyedot perhatian dunia karena menargetkan sejumlah Permata Mahkota Prancis yang tak ternilai dari Galeri Apollon, ruang pamer ikonik di museum tersebut.

Koleksi bersejarah yang raib mencakup kalung berlian dan zamrud pemberian Napoleon Bonaparte kepada istrinya, Permaisuri Marie-Louise. Turut dicuri adalah perhiasan milik Ratu Marie-Amelie dan Hortense dari abad ke-19, termasuk tiara mutiara dan berlian milik Permaisuri Eugenie.

Nilai total barang rampasan diperkirakan mencapai 102 juta dolar AS atau setara Rp1,7 triliun. Hingga saat ini, seluruh barang berharga tersebut masih belum berhasil ditemukan oleh aparat.

Aksi perampokan ini menimbulkan tanda tanya besar terhadap sistem keamanan salah satu museum paling terkemuka di dunia. Ironisnya, peristiwa itu terjadi saat museum sedang dibuka untuk kunjungan publik.

Berdasarkan rekonstruksi penyelidikan, dua pelaku menggunakan lift furnitur curian untuk mencapai Galeri Apollon di lantai dua. Mereka kemudian membobol etalase kaca dengan gerinda sudut, membawa lari perhiasan, dan melarikan diri menggunakan dua skuter yang dikendarai kaki tangan mereka.

Yang mengejutkan, Jaksa penuntut menyatakan bahwa perampokan ini tampaknya bukan dilakukan oleh sindikat kriminal profesional, melainkan oleh kelompok penjahat kelas teri.

Detektif seni ternama asal Belanda, Arthur Brand, memberikan peringatan serius mengenai nasib artefak bersejarah tersebut. "Permata-permata mahkota ini sangat terkenal. Tidak mungkin dijual begitu saja," ujarnya.

Brand memperkirakan pelaku kemungkinan besar akan melebur emas dan perak dari perhiasan, atau membongkar dan memotong berlian untuk menyamarkan identitas barang curian.

"Jika polisi bisa menangkap pelaku dalam waktu satu minggu, mungkin barang buktinya masih utuh. Tapi jika lebih dari itu, besar kemungkinan permata-permata tersebut sudah tidak berbentuk lagi," kata Brand. "Ini seperti berpacu dengan waktu."

Perkembangan terbaru ini menunjukkan upaya intensif kepolisian Prancis untuk mengungkap jaringan di balik salah satu perampokan museum terbesar dalam sejarah modern, sekaligus berusaha menyelamatkan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |