Suasana Rapat Terbuka Peringatan Dies Natalis ke-76 UGM pada Jumat (19/12/2025). - Harian Jogja // Catur Dwi JanatiÂ
Harianjogja.com, SLEMAN—Universitas Gadjah Mada (UGM) menegaskan komitmen memperkuat riset, inovasi, dan hilirisasi berkelanjutan dalam peringatan Dies Natalis ke-76 sebagai pilar kemandirian dan ketahanan bangsa.
Dies Natalis ke-76 UGM mengusung tema Kampus Sehat, Pilar Kemandirian dan Ketahanan Bangsa.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, mengatakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Mei 2025 menegaskan bahwa kampus harus berdampak, relevan, dan berkontribusi berkelanjutan bagi masyarakat. Sebagai kampus berdampak, UGM pada 2025 menunjukkan kontribusi pengembangan kualitas sumber daya manusia, sosial-kemasyarakatan, dan perekonomian lintas sektor.
UGM mendorong kemandirian bahan baku obat dan alat kesehatan, penanganan stunting dan tuberkulosis (TBC), perwujudan kedaulatan pangan, transisi energi berkeadilan, serta adaptasi lingkungan. Selain itu, UGM mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan dan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat.
“Dalam berbagai proses tersebut, UGM senantiasa berpegang pada tiga prinsip, yakni merakyat, mandiri, dan berkelanjutan,” tegas Ova pada Jumat (19/12/2025) di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM.
Untuk menjaga keterjangkauan biaya pendidikan, Ova menjelaskan UGM merancang berbagai program beasiswa. Pada 2025, UGM menggandeng sekitar 229 mitra penyedia beasiswa dan menjangkau 18.617 mahasiswa penerima manfaat.
Lebih lanjut, perjalanan UGM hingga usia 76 tahun tidak hanya melahirkan tokoh kepemimpinan bangsa dan penggerak pembangunan sosial ekonomi, tetapi juga berbagai karya riset dan inovasi yang dibutuhkan industri. Di bidang pangan, inovasi UGM melahirkan beragam komoditas dan pengolahan melalui label Gamafood.
Di bidang teknik, berbagai inovasi telah diserap industri, sementara di bidang sosiohumaniora, pengembangan rekayasa kebijakan dan penguatan fondasi masyarakat meneguhkan relevansi kampus terhadap tantangan sosial. Khusus inovasi kesehatan dan farmasi, UGM berhasil melakukan hilirisasi produk, antara lain Rapid Assessment Diabetic Retinopathy (RADR), RZ-VAC (Vacuum Assisted Closure), Dental SilkBon, Divabirth, Aphrofit, dan Konilife Memora.
Oleh karena itu, kata Ova, dalam Dies Natalis ke-76 ini UGM secara khusus mengusung tema “Kampus Sehat, Pilar Kemandirian dan Ketahanan Bangsa.” Tema tersebut mengemban semangat menjalankan mandat tridarma dengan menjadikan kesehatan sebagai budaya kampus yang termanifestasi dalam tata kelola dan pelaksanaan pendidikan tinggi.
Kampus yang sehat menjadi basis strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul masa depan dalam mewujudkan kemandirian bangsa.
Bagi Ova, membangun kemandirian universitas berarti membangun pilar kedaulatan bangsa. Universitas berperan krusial sebagai pusat inovasi teknologi dan hilirisasi riset.
“Bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang memiliki kemandirian intelektual dan teknologi,” ujarnya.
Namun, Ova menilai sebagian luaran riset, inovasi, dan prototipe pendidikan tinggi belum terpetakan optimal, serta masih menghadapi kendala besar perizinan produksi dan izin edar pada skala industri.
“Pada titik ini, keberpihakan negara untuk menciptakan ekosistem inovasi dan hilirisasi dengan berbagai mitra dan industri sangat krusial,” ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, UGM membangun ekosistem riset dan inovasi dengan mengorkestrasi berbagai komponen, mulai dari penetapan flagship penelitian, penguatan kelembagaan riset, perbaikan sarana-prasarana riset, hingga pembangunan jejaring kemitraan riset.
Dalam pemeringkatan QS World University Rankings (QS WUR) 2026, UGM mencapai peringkat ke-224 dunia, naik 15 peringkat dibanding tahun sebelumnya. Pada indikator Academic Reputation, UGM juga naik 11 peringkat ke posisi 134 dunia. Sementara QS Sustainability Ranking 2026 menempatkan UGM peringkat pertama di Indonesia dan peringkat 409 global.
“Capaian ini mencerminkan upaya UGM yang berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial,” ungkapnya.
UGM, kata Ova, terus membangun kemandirian, namun translasi kemandirian bangsa memerlukan upaya kolektif seluruh pihak.
“Menjadi Universitas Berdampak juga menyangkut pemberdayaan masyarakat. Pengembangan pengetahuan tepat guna melalui pengabdian dan KKN-PPM menjadi bagian program inklusif berdampak,” tandasnya.
Di akhir, Ova berharap dukungan sivitas akademika, pemerintah, dunia industri, alumni, dan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan tridarma, khususnya pengembangan riset, inovasi, dan hilirisasi yang berdampak serta berkelanjutan.
“Melalui semangat—Merakyat, Mandiri, dan Berkelanjutan—UGM bisa,” tegasnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Prof. Adi Utarini, pada Dies Natalis kali ini menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Membentuk Generasi Muda Sehat Menuju Indonesia Emas.” Menurut Utarini, mewujudkan visi Indonesia Emas melalui pembentukan generasi sehat bukan perkara mudah karena Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah besar meningkatkan kualitas manusia.
Dua indikator internasional, yakni Human Development Index (HDI) dan Human Capital Index (HCI), menjadi tolok ukur. Rilis terakhir menunjukkan HDI 75,90 dan HCI 0,54, yang menandakan Indonesia masih tertinggal dibanding negara berpendapatan menengah lainnya, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
“HCI 0,54 berarti seorang anak yang lahir di Indonesia hari ini diprediksi hanya mencapai 54 persen potensi produktivitas maksimalnya saat dewasa. Ketertinggalan ini berimplikasi pada berbagai aspek kemajuan, termasuk ekonomi,” ujarnya.
Karena itu, jika tantangan tersebut tidak diatasi dan risiko pada setiap tahapan kehidupan tidak dikelola, sebagian masyarakat berpotensi tidak menjadi saksi keemasan Indonesia, katanya. (Catur Dwi Janati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































