Gudang Bulog. /Antara - Adiwinata Solihin
Harianjogja.com, JAKARTA—Perum Bulog memastikan proyek pembangunan 100 gudang baru untuk penguatan stok pangan nasional kini memasuki tahap krusial. Progres pembangunan saat ini berada pada penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) yang menunggu persetujuan lintas kementerian sebelum diteken Presiden Prabowo Subianto.
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menyebut regulasi tersebut tengah dikoordinasikan di Kementerian Sekretariat Negara. Penyusunan Perpres menjadi dasar hukum percepatan pembangunan infrastruktur logistik pangan hingga ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Sambil menunggu terbitnya Perpres dan realisasi pembangunan, Bulog masih mengandalkan gudang filial atau gudang sewa untuk menyimpan cadangan beras pemerintah. Pada 2026, kapasitas gudang filial diproyeksikan mencapai sekitar 2 juta ton seiring peningkatan pengadaan beras nasional.
"Jadi progres sekarang sedang masuk dalam penyusunan Perpres-nya. Penyusunan Perpres, persetujuan dari masing-masing kementerian dan lembaga," kata Rizal ditemui seusai menjadi pembicara dalam Anugerah Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Pertanian 2025, di Jakarta, Senin (22/12/2025).
Ia menerangkan draf regulasi tersebut kini berada dalam proses koordinasi lintas kementerian dan lembaga sebelum ditandatangani Presiden Prabowo Subianto.
"Itu kan sebelum dikeluarkan tanda tangan Bapak Presiden, kan harus masing-masing kementerian dan lembaga memberikan paraf setelah dibaca oleh para menteri dan lain sebagainya," ujarnya.
Proyek pembangunan gudang baru tersebut merupakan penugasan pemerintah kepada Perum Bulog untuk memperkuat infrastruktur logistik pangan hingga ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
"Kami sedang menunggu dan ini sekarang prosesnya ada di Kementerian Sekretariat Negara," ucap Rizal.
Sambil menunggu rampungnya regulasi dan pembangunan infrastruktur gudang, Bulog tetap mengandalkan gudang filial atau gudang sewa untuk menampung stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Bulog memproyeksikan kapasitas gudang filial yang digunakan pada 2026 mencapai sekitar 2 juta ton, menyesuaikan kebutuhan pengadaan yang diperkirakan meningkat.
"Kami masih pakai gudang filial karena sambil nunggu itu proses jadi, kita kan harus pakai gudang filial dulu. Gudangnya itu nanti menyesuaikan kebutuhan. Kami stokkan minimal untuk gudang filial di 2026 ini kami rencanakan sekitar 2 juta ton kapasitasnya," ujarnya.
Rizal menjelaskan penambahan gudang menjadi kebutuhan mendesak karena estimasi pengadaan beras Bulog pada 2026 dipastikan melampaui realisasi 2025 yang mencapai 3 juta ton.
Pembangunan 100 gudang baru itu akan mencakup gudang penyimpanan beras dan jagung, fasilitas pengering (dryer), unit penggilingan (rice milling unit/RMU), silo, dan rice to rice (RTR) berbasis teknologi modern.
Program itu didukung pendanaan sebesar Rp5 triliun dari dana investasi pemerintah non permanen. Dalam proses pembangunan itu, turut melibatkan Danantara, sebagai badan pengelola investasi BUMN.
Sebelumnya, telah dilakukan penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Penugasan Percepatan Pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur Pascapanen dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional yang ditandatangani oleh Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional Andi Amran Sulaiman.
Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Heru Pambudi, serta Kepala Badan Pengaturan BUMN Dony Oskaria, dengan dukungan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan. Zulkifli Hasan menyebut pembangunan 100 gudang Bulog itu merupakan arahan langsung Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat sistem logistik pangan nasional.
Pembangunan 100 gudang Bulog menjadi langkah strategis pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dan memastikan distribusi beras tetap aman di tengah peningkatan kebutuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara


















































