Bantul Diminta Siaga Hadapi Puncak Cuaca Ekstrem Februari

2 hours ago 3

Bantul Diminta Siaga Hadapi Puncak Cuaca Ekstrem Februari Ilustrasi petir di tengah cuaca ekstrem. - Pixabay

Harianjogja.com, BANTUL—Pemkab Bantul meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi setelah BMKG memprediksi puncak cuaca ekstrem terjadi pada Februari 2026. Kondisi tersebut mulai terlihat dari hujan intens hingga kejadian longsor di sejumlah titik.

Pemerintah daerah menilai peringatan BMKG ini penting karena berkaitan langsung dengan perencanaan pembangunan, termasuk waktu tanam, pengelolaan lahan, serta pelaksanaan proyek fisik yang rentan terdampak cuaca. Sejumlah OPD juga diminta menyiapkan langkah antisipatif agar potensi risiko dapat ditekan sejak dini.

Di sisi lain, wilayah bantaran sungai dan perbukitan dipetakan sebagai zona paling rawan. Pemerintah bersama relawan FPRB telah meningkatkan patroli, menyiapkan peralatan evakuasi, serta memperkuat koordinasi informasi cuaca dan peringatan dini kepada masyarakat.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi menyusul laporan terbaru dari BMKG. Berdasarkan perkiraan cuaca yang disampaikan lembaga tersebut, puncak cuaca ekstrem diprediksi terjadi pada Februari 2026.

Halim menyampaikan, BMKG melaporkan peningkatan potensi bencana akibat perubahan cuaca dan iklim, seperti hujan lebat, banjir, badai, hingga longsor. Kondisi tersebut sudah mulai terlihat di beberapa titik di Bantul, salah satunya longsor yang terjadi di Sriharjo.

“BMKG menyampaikan siklus ini nanti puncaknya bulan Februari. Setelah Februari itu melandai dan diperkirakan berakhir di bulan Maret,” ujarnya, Minggu (7/12/2025).

Ia menegaskan, informasi tersebut penting bagi pemerintah karena akan berpengaruh pada berbagai perencanaan, mulai dari pertanian hingga pembangunan infrastruktur. Menurutnya, keputusan soal waktu tanam maupun pelaksanaan proyek fisik harus mempertimbangkan dinamika cuaca.

“Dengan cuaca seperti itu, misalnya pelelangan pembangunan infrastruktur harus kita mulai di bulan Januari. Ini kan jadi pertimbangan,” kata Halim.

Pemerintah Kabupaten Bantul juga terus mensosialisasikan kewaspadaan kepada masyarakat, terutama warga yang tinggal di bantaran sungai dan daerah perbukitan. Dua wilayah tersebut disebut paling berisiko terdampak banjir maupun longsor.

“Kami mengingatkan warga di bantaran sungai dan lereng gunung untuk selalu memasang kewaspadaan. Ini baru awal, puncaknya Februari. Kemungkinan bisa diikuti angin topan, angin lesos, atau puting beliung,” katanya.

Halim menegaskan, upaya antisipasi perlu dilakukan sejak dini meskipun fenomena angin ekstrem tersebut belum tentu terjadi. Menurutnya, kesiapsiagaan menjadi kunci untuk meminimalkan risiko korban maupun kerugian.

18 Kalurahan Rawan Banjir dan Longsor

Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Bantul, Waljito mengatakan untuk mengantisipasi potensi bencana geohidrometeorologi maka setiap FPRB di kalurahan bersiaga penuh dan menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengantisipasi bencana khususnya banjir dan tanah longsor.

‎"Hasil monitoring dan evaluasi ada sekitar 18 kalurahan yang rawan terjadi banjir dan juga tanah longsor," ujarnya.

‎Disisi lain FPRB juga minta pihak terkait untuk melakukan normalisasi sungai baik sungai yang mengalami penyempitan atau pendangkalan sehingga aliran sungai tidak meluap serta melakukan sosialisasi yang masif terkait potensi bencana geohidrometeorologi.

‎"Kami juga siap menyebarluaskan informasi dari BMKG terkait potensi bencana yang bisa terjadi melalui group-group media sosial ditingkat kalurahan," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |