Astindo: Tiket Pesawat Mahal dan Visa Masih Jadi Ujian Pariwisata 2026

5 hours ago 5

 Tiket Pesawat Mahal dan Visa Masih Jadi Ujian Pariwisata 2026 Ketua Umum DPP Astindo Pauline Suharno (kanan) dan Kabid Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata DIY Ellya Shari (tengah) di sela pelaksanaan Rakerda Astindo DIY, Selasa (25/11/2025). - Istimewa.

Harianjogja.com, JOGJA—Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo) Pauline Suharno memproyeksikan pariwisata di 2026 akan terus membaik. Meski demikian mahalnya tiket pesawat dan kebijakan bebas visa terbatas, akan menjadi tantangan atau ujian tersendiri terutama untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.

"Sebagai asosiasi kami harus optimistis pariwisata 2026 akan terus membaik. Maka saya sudah meminta kepada teman-teman Astindo di daerah untuk terus meningkatkan kemampuan SDM, digital marketing," kata Pauline di sela-sela menghadiri Rakerda DPD Astindo DIY di Jogja, Selasa (25/11/2025).

Salah satu alasan proyeksi 2026 makin membaik karena sejak Juli 2025 perkembangan transaksi hingga saat ini menunjukkan peningkatan. Meski pada periode Januari hingga Juni 2025, ia mencatat terjadi penurunan 37%. Saat situasi menurun tersebut, travel agen yang berada di bawah Astindo lebih banyak beralih menjual paket wisata luar negeri.

"Kami pernah mengalami lebih pahit dari periode Januari-Juni 2025 ini ya. Maka kami menerapkan Palugada, semua kebutuhan kami layani, kami ada pasar goverment, student, luxury, korporasi, umrah. Salah satunya beralih ke market luar negeri agar dapur tetap ngebul," ucapnya.

Pauline menyoroti setidaknya ada dua hal yang masih akan menjadi ujian pariwisata di 2026. Pertama, kaitan dengan mahalnya harga tiket pesawat domestik. Pauline memprediksikan harga tiket pesawat ini tidak akan turun, karena di 2025 tercatat masih kekurangan pesawat. Dari total 560 unit pesawat dari seluruh maskapai saat ini sebanyak 260 unit di antaranya di-grounded.

Ia menilai selain sisi finansial maskapai tidak mendukung, dari sisi regulasi pemerintah juga kurang mendukung. Pasalnya harga Avtur di Indonesia tergolong mahal bahkan selisih Rp2 ribu per liternya dengan Singapura. Belum lagi PPN 10 persen untuk tiket domestik.

"Dibandingkan penerbangan di luar negeri, kita [harga tiket pesawat domestik Indonesia] termahal. Selama tiket pesawat masih mahal kami juga agak sulit mengembangkannya. Untungnya Jogja ini bisa dicapai dengan berbagai jenis transportasi sehingga masih ada untungnya dibandingkan daerah lain," ujarnya.

Ujian kedua berkaitan dengan kebijakan bebas visa yang terbatas. Saat ini kebijakan bebas visa hanya diperuntukkan negara tertentu seperti ASEAN, Colombia, Hongkong Turki dan terbaru Afrika Selatan. Menurut Pauline, wisatawan yang menjadi market Indonesia masih membutuhkan visa seperti India, AS, Australia hingga China.

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan negara tetangga yang telah membebaskan visa untuk banyak negara yang menjadi market Indonesia. "Ini menjadi penyebab kurangnya daya kompetisi, Indonesia dibandingkan negara tetangga lain. Kalau untuk domestik PR kita harga tiket pesawat yang mahal," ucapnya.

Kondisi DIY

Ketua DPD Astindo DIY Yulianto menambahkan pada Rakerda tersebut membahas berbagai tantangan yang dihadapi para anggotanya dalam upaya mengembangan bisnis di sektor pariwisata khususnya sebagai biro perjalanan. Tantangan tersebut diusahakan untuk dipecahkan secara bersama melalui saling kolaborasi antar-anggota.

Yulianto Optimistis untuk proyeksi pariwisata DIY di 2026 akan terus membaik. Pasalnya untuk 2025 ini perlahan sudah terus meningkat. Salah satunya market korporasi yang saat ini tergolong banyak. "Terutama banyak perusahaan yang akan menggelar kegiatan wisata di Jogja, ini banyak sekali. Karena mereka ketika akan pesan secara mandiri lewat online kerepotan jadi lebih banyak diserahkan ke kami," ujarnya.

Kabid Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata DIY Ellya Shari mengamini kondisi pariwisata DIY semakin membaik meski jumlah kunjungannya memang belum sebanyak saat sebelum Covid-19. Akan tetapi ia mencatat terjadi peningkatan signifikan per September 2025.

DIY berusaha untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegar melalui berbagai cara, seperti promosi lewat fam trip yang digelar sejumlah kementerian. "Termasuk kami sedang mengupayakan adanya penerbangan langsung dari Thailand ke Jogja," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |