Ketua RW 11 Ngupasan, Ikraman Amran, menunjukkan karbonizer di wilayahnya, beberapa waktu lalu. - Harian Jogja - Lugas Subarkah
Harianjogja.com, JOGJA—RW 11 Kelurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Jogja mengembangkan teknologi karbonizer untuk mengatasi persoalan sampah.
Karbonizer menjadi solusi pengolahan sampah dari warga, selain pengolahan lainnya seperti biopori dan bank sampah.
Ketua RW 11 Ngupasan, Ikraman Amran, menjelaskan gagasan pengembangan karbonizer sudah muncul sejak 2022 lalu. waktu itu, sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) wilayah tersebut tidak diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja karena kondisi TPST Piyungan yang ditutup.
“Kami bertemu dengan warga untuk melontarkan ide-ide pengelolaan sampah. Akhirnya ada seseorang alumnus SMPN 5 Jogja punya inisiatif untuk membuat karbonizer. Kami pun mengikuti, lalu kami buat tempat dan mendatangkan alatnya,” katanya saat ditemui, belum lama ini.
Lokasi tempat karbonizer tersebut dulunya merupakan TPS bagi warga RW 11 Ngupasan. TPS tersebut kemudian dibersihkan dan disulap menjadi tempat pengolahan sampah dengan karbonizer. Hal ini dilakukan dengan dana swadaya masyarakat.
Karbonizer dianggap lebih ramah lingkungan dan sederhana dibanding insinerator. Sampai saat ini, alat tersebut masih terus disempurnakan. Ia menceritakan sempat berganti-ganti bahan bakar untuk operasional karbonizer.
BACA JUGA: MBG Jadi Potensi Pasar Perikanan untuk Tingkatkan Konsumsi Ikan DIY
Awalnya bahan bakar menggunakan gas. Namun karena membutuhkan banyak gas, maka biaya operasionalnya membengkak. Pengelola pun mengganti dengan oli bekas, namun tidak mendapatkan suhu yang cukup. “Akhirnya kami menggunakan pelet kayu yang lebih terjangkau tapi suhunya cukup,” katanya.
Karbonizer ini memiliki kapasitas maksimal 70 kilogram dalam sekali pembakaran. Sisa pembakaran sekitar 40% dari sampah yang dimasukkan menjadi arang. “Arang itu bisa diayak dan dijadikan briket, bisa dijual jadi duit lagi,” katanya.
Sebelumnya, Lurah Ngupasan, Tono, menjelaskan pengelolaan sampah di Kelurahan Ngupasan secara umum saat ini mengandalkan penggerobak yang mengangkut sampah dari masyarakat ke depo. “Ada delapan penggerobak, mengangkut sampah ke Depo THR, Ngasem dan Pringgokusuman,” katanya.
Di tingkat rumah tangga, setiap rumah rata-rata telah memiliki alat pengolah sampah organik seperti biopori dan ember tumpuk. “Pada 2024 kami mendapat bantuan dari Dana Keistimewaan sebanyak 648 biopori,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News