Rizqi Dwi Setyawan (kiri), Ridwan Yulianto (dua kiri), Herlan Anas Fahrezi (dua kanan), dan Faqih Ilham Ramadhan (kanan) membawa stik dan bola gateball di Kalurahan Potorono, Banguntapan, Bantul, Senin (12/5/2025). - Harian Jogja - Andreas Yuda Pramono
Harianjogja.com, SLEMAN—Atlet asal Gunungkidul menjadi juara dalam ajang Gateball Piala Wali Kota Jogja di kompleks Candi Prambanan, Sabtu (10/5/2025) hingga Minggu (11/5/2025).
Lapangan Shiwa terang terik Mentari. Permukaan rumput hijau tampak segar. Udara terasa ringan di paru. Embusan angin Mei membawa bau tanaman hijau dan tanah di Kawasan Taman Wisata Candi Prambanan.
Herlan mengobservasi sekitarnya.
Ia mengamati letak bola-bola berwarna putih dan merah lantas mendekat di salah satu bola dengan sebuah nomor yang tertera. Tak lama kemudian, ia mengayunkan stik seberat 500 gram dan mendorong bola tersebut ke bagian lain di lapangan tersebut.
Ia warga Kalurahan Banaran, Playen, Gunungkidul. Siswa kelas satu SMK ini memiliki garis muka yang tegas. Rambutnya pelontos dan kulitnya gelap. Herlan merupakan atlet gateball. Bersama dua temannya, ia menjuarai Turnamen Terbuka Gateball Piala Wali Kota Jogja 2025.
Gateball merupakan salah satu cabang olahraga (cabor) yang saat ini mulai digemari sejumlah kalangan di Indonesia.
Gateball, dalam istilah aslinya gētobōru, adalah olahraga asal Negeri Sakura. Dimainkan dengan durasi 30 menit, konsep permainan gateball adalah olahraga hasil modifikasi dari permainan croquet yang dimainkan oleh dua tim, masing-masing dengan lima pemain. Setiap tim menggunakan stik untuk memukul bola melewati tiga buah gawang (gate) secara berurutan dan terakhir mengenai tiang (goal-pole) yang berada di tengah lapangan.
Herlan mengenal olahraga gateball baru 2023. Di antara atlet yang berlaga di Turnamen Terbuka Gateball Piala Wali Kota Jogja 2025, ia salah satu yang tergolong pemula.
BACA JUGA: TNI Sterilkan Lokasi Ledakan Amunisi di Garut dari Masyarakat Sipil
Begitupun dengan Faqih Ilham Ramadhan, dan Rizqi Dwi Setyawan. Mereka bertiga menjadi satu tim untuk nomor pertandingan triple bebas. Lawan mereka berbadan besar dan usia dewasa. Namun, akurasi tembakan Herlan tergolong akurat. Kekuatan lain yang ia punya adalah ketenangan.
Di tengah pertandingan semifinal yang mereka mainkan, seorang atlet yang menonton dari pinggir lapangan berkali-kali memuji keakuratan dan ketenangan Herlan.
Meski tampak tenang, nyatanya Herlan mengaku sempat panik lantaran timnya, Banaran GC Gunungkidul, sempat tertinggal beberapa poin dibandingkan DSX GC Bandung.
“Strategi dan akurasi mereka cukup bagus. Atlet dewasa juga [pengalaman], bukan umur anak sekolah,” kata Herlan ditemui di Potorono, Bantul, Senin (12/5).
Faqih sepakat dengan Herlan. Ketenangan. Situasi tanpa distraksi akan mengarahkan bola sesuai keinginan.
Berbeda dengan Herlan, Faqih lebih muda, ia baru berumur 15 tahun dan saat ini duduk di bangku kelas 2 SMP.
Faqih sempat meleset ketika menembak satu bola di tengah lapangan. Situasi ini membuat ia tegang sebagaimana dirasakan kedua temannya. Meski turnamen kali ini bukan pertama kalinya, Faqih tak lepas dari demam panggung. Padahal persiapannya juga cukup matang.
Ia mengungkap mereka tidak minum es dalam beberapa bulan sebelum pertandingan. Katanya, es dapat memengaruhi kondisi badan atlet utamanya ketika cuaca sangat terik. Apabila seorang atlet mengalami pusing, konsentrasi akan pecah. Padahal, konsentrasi menentukan keakuratan tembakan.
Perkembangan Gateball
Herlan, Faqih, dan Rizki, mengaku akan terus menekuni gateball. Mereka ingin menjadi atlet profesional yang berlaga hingga tingkat paling atas.
Saat ini, gateball baru dipertandingkan hingga tingkat Pekan Olahraga Nasional (PON). Sebagaimana atlet muda, Herlan memiliki ketakutan akan kekalahan. Ia dan teman-teman akan terus berlatih agar dapat mencapai cita-citanya.
Pelatih Banaran GC Gunungkidul, Ridwan Yulianto, mengaku mengenal gateball ketika tinggal di Kabupaten Bogor. Ia akhirnya menjadi atlet gateball dan berhasil tembus kejuaraan nasional dua kali.
Sebagai anggota TNI AU, Ridwan pindah tugas ke Lanud Adisutjipto. Rasa cintanya terhadap gateball mendorong ia untuk mendirikan lapangan gateball di Kalurahan Banaran pada Desember 2021.
Ridwan resmi menjadi pelatih gateball di Gunungkidul pada April 2022 guna menyambut Porda DIY. “Gunungkidul belum pernah dapat medali emas. Ketika saya masuk, Gunungkidul akhirnya dapat satu emas dan tiga perak dari Porda DIY,” kata Ridwan.
Dari situ, Ridwan mengikuti seleksi tim pelatih gateball DIY untuk kejuaraan nasional, termasuk PON. Di PON XXI Aceh-Sumatra Utara 2024, ia jadi salah satu pelatih. DIY mengirim tim untuk dua nomor pertandingan dengan empat atlet. DIY meraih medali perunggu.
Menurut cerita Ridwan, gateball pertama kali masuk Kabupaten Gunungkidul pada 2014. Ketika itu, Pengurus Besar (PB) Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (Pergatsi) meminta agar setiap provinsi memiliki Pengurus Daerah (Pengda) Gateball sekitar 2009. Gateball menjadi salah satu cabor yang dipertandingkan di tingkat provinsi pada Porda 2017.
Gateball semakin berkembang di Bumi Handayani. Olahraga ini telah masuk sebagai ekstrakurikuler di SMPN 1 Playen.
“Dulu tidak ada proses seleksi, cari atlet susah. Itu yang kami garap. Harlan, Faqih, dan Rizki, saya ajak belum ada yang mau. Begitu ada Porda DIY 2022, kami meraih satu emas dan tiga perak dan April 2023 kan ada Popda, anak-anak mau ikut dan berlatih,” katanya.
Popda 2023 belum meraih juara. Justru momen ini membuat Harlan, Faqih, dan Rizki ketagihan. Mereka rutin berlatih sembari mengajak teman-temannya yang lain. Hasilnya, mereka menyabet satu emas dan satu perak di Popda 2024.
Kepemilikan medali dan bonus pembinaan, makin banyak warga Gunungkidul menekuni gateball. Khusus Banaran GC Gunungkidul, ada lebih dari 35 anggota.
“Perkembangan gateball di Gunungkidul lumayan.
Ketika seleksi untuk Porda DIY 2025, ada lebih dari 50 atlet. Awalnya kan hanya 10 orang. Kejuaraan kabupaten saja ada lebih dari 100 atlet,” ucapnya.
Ridwan berharap ada gelaran turnamen lain di DIY. Turnamen menjadi salah satu cara yang efektif dalam mengenalkan olahraga gateball. Ia akan mendorong agar gateball masuk di Kelas Khusus Olahraga (KKO).
Ihwal Turnamen Terbuka Gateball Piala Wali Kota Jogja 2025, ia mengaku tim nomor triple bebas tidak pernah kalah.
“Bahkan, musuh mengakui, meski Harlan, Fiqih, dan Rizki masih muda, akurasi anak-anak luar biasa. Baru dua tahun berlatih. Sedangkan musuh ada yang delapan tahunan lebih pengalaman,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News