- SEHAT
- KANKER
Survei terbaru mengungkap rendahnya pengetahuan wanita Indonesia tentang kanker serviks, menghambat deteksi dini dan pencegahan penyakit mematikan ini.
Rabu, 23 Apr 2025 16:00:00

Survei terbaru mengungkap fakta mengejutkan: masih banyak wanita Indonesia yang minim pengetahuan tentang kanker serviks. Survei dilakukan oleh BD Indonesia, bekerja sama dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais. Menanggapi hal ini, Becton, Dickinson and Company (BD), perusahaan teknologi medis global terkemuka, memperingati Hari Kartini dengan meluncurkan inisiatif untuk mendorong deteksi dini kanker serviks. Peluncuran inisiatif ini diumumkan di Jakarta pada 22 April 2025, bertepatan dengan Hari Kartini.
Kurangnya pemahaman ini menghambat deteksi dini dan pencegahan kanker serviks, penyakit yang cukup mematikan bagi perempuan. Dengan meningkatkan edukasi kesehatan masyarakat dan mempermudah akses terhadap layanan kesehatan, termasuk vaksinasi HPV dan pemeriksaan IVA/Pap Smear.
Kanker serviks, merupakan masalah kesehatan serius di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kanker serviks adalah jenis kanker terbanyak kedua pada perempuan di Indonesia, dengan 36.633 kasus baru tercatat pada tahun 2021. Angka ini sungguh memprihatinkan dan menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi wanita.
Rendahnya pengetahuan tentang kanker serviks, penyebabnya, gejala, pencegahan, dan metode deteksi dini menjadi penghalang utama dalam upaya deteksi dini dan pencegahan penyakit ini. Banyak wanita hanya memiliki pemahaman umum atau gambaran yang kurang lengkap, sehingga kurang menyadari pentingnya pemeriksaan rutin seperti IVA atau Pap Smear. Edukasi yang tepat dan mudah dipahami sangat krusial untuk mengatasi masalah ini.
Deteksi Dini: Kunci Utama Pencegahan Kanker Serviks
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, menekankan pentingnya deteksi dini: “Masih banyak perempuan yang belum memahami risiko infeksi HPV serta peran penting deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks. Dengan mengintegrasikan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV DNA, kami bisa menjangkau lebih banyak perempuan dan memastikan penanganan yang cepat dan tepat. Inisiatif ini memperkuat langkah kita dalam menurunkan beban kanker serviks di Indonesia dan mendorong perempuan untuk lebih peduli terhadap kesehatannya.” Pernyataan beliau ini sangat tepat dan perlu digaungkan lebih luas.
Pemeriksaan IVA dan Pap Smear merupakan metode efektif untuk deteksi dini kanker serviks. Namun, survei BD mengungkapkan bahwa 95 persen perempuan Indonesia belum menyadari bahwa Pap smear bukanlah metode paling akurat untuk mendeteksi kanker serviks. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya edukasi yang komprehensif dan akurat terkait metode deteksi dini yang tepat.
Vaksinasi HPV juga merupakan langkah pencegahan yang efektif. Sayangnya, biaya vaksinasi yang mahal menjadi hambatan akses bagi banyak wanita. Pemerintah dan pihak terkait perlu berupaya agar vaksinasi HPV lebih terjangkau dan mudah diakses oleh semua kalangan.
Selain itu, rasa malu, takut, dan masalah ekonomi juga menjadi faktor penghambat bagi sebagian wanita untuk melakukan pemeriksaan. Upaya untuk mengatasi hambatan ini perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan, pemerintah, dan organisasi masyarakat.
Pengetahuan dan Sikap: Sebuah Hubungan yang Tak Terpisahkan
Penelitian menunjukkan korelasi positif antara pengetahuan dan sikap terhadap pemeriksaan dini kanker serviks. Wanita dengan pengetahuan yang lebih baik cenderung memiliki sikap positif dan lebih mau melakukan skrining. Ini menegaskan kembali pentingnya program edukasi yang efektif dan terarah.
Usia dan pendidikan juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap wanita terhadap kanker serviks. Wanita yang lebih tua dan berpendidikan lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik. Oleh karena itu, program edukasi perlu disesuaikan dengan karakteristik demografis dan tingkat pendidikan target audiens.
Akses informasi juga berperan penting. Sumber informasi seperti media massa, keluarga, teman, tenaga kesehatan, dan layanan kesehatan memengaruhi pemahaman mereka. Pemanfaatan media sosial dan teknologi digital dapat menjadi strategi efektif untuk menyebarkan informasi kesehatan yang akurat dan mudah dipahami.

Inovasi Teknologi: Memudahkan Akses Skrining
BD Indonesia berkolaborasi dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk memperluas akses skrining kanker serviks melalui teknologi pengambilan sampel HPV-DNA secara mandiri. Metode ini sudah diadopsi di berbagai negara dan terbukti efektif.
Teknologi ini memungkinkan analisis risiko kanker serviks dengan identifikasi tipe HPV yang lebih rinci dan spesifik, serta memberikan efisiensi dan akurasi proses pengolahan sampel dalam proses laboratorium. Inovasi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan angka skrining dan mendeteksi kanker serviks pada stadium awal.
BD Indonesia menargetkan skrining terhadap 8.000 perempuan di seluruh Indonesia sebagai dukungan nyata terhadap peningkatan angka skrining nasional dan upaya eliminasi kanker serviks pada 2030. Semoga target ini dapat tercapai dan berkontribusi pada penurunan angka penderita kanker serviks di Indonesia.
Meskipun 92 persen perempuan Indonesia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah melalui pemeriksaan rutin, 70 persen di antaranya menunda kunjungan ke dokter kandungan karena takut atau tidak nyaman. Ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih humanis dan empatik dalam memberikan edukasi dan layanan kesehatan.
Langkah Maju Menuju Indonesia Bebas Kanker Serviks
Kolaborasi antara BD Indonesia, Kementerian Kesehatan, dan Rumah Sakit Kanker Dharmais dalam memperluas akses skrining kanker serviks merupakan langkah maju yang patut diapresiasi. Inisiatif ini menunjukkan komitmen nyata untuk mendukung target eliminasi kanker serviks di Indonesia pada tahun 2030.
Peningkatan edukasi kesehatan masyarakat, khususnya bagi wanita usia subur, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong mereka untuk melakukan pemeriksaan dini. Upaya ini perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan, pemerintah, dan organisasi masyarakat, untuk memberikan informasi yang akurat dan mudah diakses oleh semua kalangan. Selain itu, perlu juga diupayakan agar akses terhadap layanan kesehatan, termasuk vaksinasi HPV dan pemeriksaan IVA/Pap Smear, menjadi lebih terjangkau dan mudah dijangkau oleh semua wanita. Dengan upaya bersama, kita bisa mewujudkan Indonesia yang bebas dari ancaman kanker serviks.
Semoga dengan adanya inisiatif-inisiatif seperti ini, angka penderita kanker serviks di Indonesia dapat ditekan dan lebih banyak perempuan Indonesia dapat hidup sehat dan produktif.
Artikel ini ditulis oleh

R
Reporter
- Rizky Wahyu Permana

Tekan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara, 100 Survivor Ajak Perempuan Biasakan SADARI
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 2020 menunjukkan bahwa angka kematian akibat kanker payudara mencapai 685.000 orang.

Jumlah Kesembuhan Pasien Kanker Anak Hanya 35 Persen, Ketahui Apa Penyebabnya
Hingga saat ini tingkat kesembuhan pasien kanker anak di Indonesia hanya 45 persen. Jauh di bawah negara maju yang di kisaran 70-80 persen.

Penting untuk Dideteksi Secara Tepat, YKI Tingkatkan Tenaga Terampil untuk Deteksi Dini
Deteksi dini kanker serviks terus diupayakan YKI dengan melakukan pelatihan tenaga terampil.

Gejala Kanker Serviks di Tahap Awal Sering Diabaikan, Ini Cara Mencegahnya
Pahami lebih dalam mengenai tanda-tanda awal kanker serviks yang harus diwaspadai serta tindakan pencegahan yang dapat dilakukan sejak dini.

Banyak Wanita Takut Menjalani Pemeriksaan Kanker Serviks
Masih tingginya angka kanker serviks bisa dipicu oleh masih banyaknya orang yang takut memeriksakan diri.

Tanda- Tanda Kanker Serviks yang Tak Boleh Disepelekan, Ketahui Sejak Dini
Ketahui ciri-ciri kanker serviks yang sering diabaikan agar bisa melakukan deteksi dini dan meningkatkan peluang kesembuhan.
HPV 2 minggu yang lalu