Sejumlah siswa Al Azhar Yogyakarta World School (AYWS) berfoto bersama seusai mengikuti pendidikan politik oleh Badan Kesbangpol DIY di Masjid Al Azhar, Rabu (13/8/2025). - Harian Jogja - Andreas Yuda Pramono
JOGJA—Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Badan Kesbangpol) DIY menggelar pendidikan politik bagi pemilih pemula di Al Azhar Yogyakarta Islamic School, Kalurahan Sinduadi, Mlati, Sleman, Rabu (13/8). Mengusung tema Be a Smart Voter: Bijak Memilah Informasi Politik di Era Digital, murid kelas II SMA diajak untuk memahami pentingnya menjadi pemilih cerdas dan bijak.
Kepala Bidang Politik Dalam Negeri Badan Kesbangpol DIY, Bagas Senoadji, mengatakan mayoritas pemilih dalam Pemilu 2024 adalah Generasi Z atau angkatan muda yang karakternya sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.
Perbedaan ini utamanya dilatarbelakangi oleh paparan informasi di media sosial. Gen Z disebut sebagai digital native yang setiap hari hidup bersama ponsel. Menurut Bagas, tagline Buku Adalah Jendela Dunia telah berganti menjadi Ponsel Adalah Jendela Dunia. “Perlu dan penting menjadi pemilih bijak yang bisa memilih dan memilah informasi politik di era digital,” kata Bagas di Masjid Al Azhar Yogyakarta Islamic School, Rabu (13/8/2025).
Bagas menambahkan penting untuk memberikan pendidikan politik kepada generasi muda. Pendidikan politik akan mengarahkan informasi yang diterima remaja via media sosial menjadi lebih terarah dan tepat guna, sehingga mereka menjadi tidak mudah jatuh dalam propaganda politik atau hoaks.
Dalam mentransfer informasi, Badan Kesbangpol DIY mendatangkan narasumber yang dapat mengajak peserta pendidikan politik bermain. Pendidikan sembari bermain terasa menyenangkan dan lebih bisa diterima anak sekolah.
BACA JUGA: Lokasi Calon Transmigran dari DIY Berubah, Ini Kata Disnakertrans
“Harapan kami, pelajar mengerti kewajiban, hak dan tanggung jawab sebagai warga negara. Kalau salah memilih dampaknya akan dirasakan lima tahun ke depan,” katanya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY, Ahmad Shidqi, mengatakan jumlah pemilih pemula di DIY dalam Pemilu 2024 mencapai 40%. Jumlah ini tergolong banyak dan sangat menentukan kemenangan suatu paslon lantaran pemilih pemula mudah disasar informasi.
“Maka, kampanye pendidikan politik kepada anak muda sangat penting. Pilihan politik dipengaruhi medsos. Ada pergeseran dari generasi sebelumnya,” kata Shidqi.
CEO Migunani Learning Indonesia, Hendri Harjanto, mengatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan apabila membicarakan era digital dan politik. Rasa penasaran tinggi akibat konten di media sosial memicu seseorang untuk menyerap banyak hal dari bermacam sumber. Namun, rasa penasaran tinggi berpotensi mendorong seseorang kencanduan atau fear of missing out (FOMO). Hal ini membuat seseorang lengah untuk tidak melakukan verifikasi kebenaran informasi. Padahal, verifikasi sangat penting dalam menentukan pilihan dan bertindak.
“Kemampuan berpikir kritis perlu ditingkatkan. Ini peta pertama. Peta kedua adalah bagaimana agar anak muda punya batasan. Kritis dan bijak. Jangan hanya komentar seolah kritis tapi justru menyerang dan sembunyi di balik jargon kebebasan pendapat,” kata Hendri.
Salah satu siswa Kelas XI, Rifa Kamil Rabbani, mengatakan perlu memahami peta perpolitikan Indonesia untuk menentukan pemimpin dengan tepat. Menurutnya, penggunaan sarana digital sangat diperlukan, tetapi harus ada batasan. “Perlu memilah berita yang benar akurat dengan hoaks,” kata Rifa.
Rifa juga sepakat bahwa suara anak muda sangat menentukan nasib Indonesia di masa depan. Karena itu, perlu kolaborasi agar remaja memiliki daya tawar dan berdampak, khususnya dalam mendukung cita-cita nasional. (Advetorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News