Konstruksi dan Pertanian Dorong Ekonomi DIY Tumbuh 5,40 Persen

3 hours ago 2

Konstruksi dan Pertanian Dorong Ekonomi DIY Tumbuh 5,40 Persen Foto ilustrasi pertumbuhan ekonomi. / Freepik

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat ekonomi DIY pada triwulan III 2025 tumbuh sebesar 5,40% year-on-year (yoy). Angka tersebut menjadi yang tertinggi di antara provinsi di Pulau Jawa, sekaligus mempertahankan posisi DIY yang dua triwulan berturut-turut memimpin pertumbuhan ekonomi regional.

Plt Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati, menjelaskan pertumbuhan ekonomi DIY didorong oleh lima sektor utama, yakni industri pengolahan, konstruksi, pertanian, akomodasi dan makan minum (Akmamin), serta informasi dan komunikasi (Infokom). Dari kelima sektor itu, kontribusi terhadap perekonomian DIY mencapai 51,85%.

“Pertumbuhan tertinggi di triwulan III berasal dari sektor konstruksi,” ujar Herum dalam paparan Musda IX Kadin DIY di JEC, Sabtu (8/11/2025).

Konstruksi dan Pertanian Jadi Penopang

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menyebut pertumbuhan ekonomi DIY terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan, konstruksi, dan pertanian.

Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh 5,07% yoy, didorong oleh meningkatnya kinerja industri makanan dan minuman seiring naiknya kunjungan wisatawan saat libur sekolah. Sementara sektor Akmamin tumbuh 5,30% yoy, melambat dari triwulan sebelumnya akibat libur yang lebih singkat.

Kinerja lapangan usaha konstruksi naik 8,77% yoy, meski sedikit melambat dari triwulan II 2025 (9,38% yoy). Pendorong utamanya antara lain pembangunan tol Jogja–Solo, tol Jogja–Bawen, gedung DPRD DIY, revitalisasi sekolah, dan proyek peningkatan jalan.

Namun, hujan yang terjadi pada triwulan III menyebabkan realisasi pembangunan fisik sedikit tertahan. “Penurunan itu tertahan oleh pertumbuhan sektor pertanian yang meningkat 6,08% yoy, terutama karena naiknya produksi tanaman pangan,” jelas Sri Darmadi.

Konsumsi dan Investasi Dorong Pertumbuhan

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY ditopang oleh konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dan pengeluaran pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,29% yoy, sementara PMTB naik signifikan menjadi 10,42% yoy berkat peningkatan investasi dan tambahan anggaran Rp307,28 miliar dari APBN untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 0,40% yoy, melambat karena kebijakan efisiensi anggaran. Adapun ekspor dan impor DIY masing-masing terkontraksi 0,99% dan 0,90% yoy, dipengaruhi penurunan ekspor produk perabot hingga 18,53% yoy.

Sri Darmadi memproyeksikan ekonomi DIY akan tetap tumbuh positif pada kisaran 4,8%–5,6% yoy hingga akhir 2025. “Sinergi antara Pemda, BI, dan instansi terkait terus diperkuat agar pertumbuhan ekonomi DIY tetap berkelanjutan,” katanya.

Ekonom dan OJK DIY Optimis

Ekonom sekaligus Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta (UWM), Edy Suandi Hamid, menilai pertumbuhan 5,40% masih tergolong tinggi. Menurutnya, pada triwulan II 2025 pertumbuhan sempat lebih tinggi karena momentum libur panjang Idulfitri dan sekolah.

“Meski tanpa momen besar di triwulan III, laju ekonomi DIY masih tinggi karena wisata, belanja pendidikan, dan proyek infrastruktur,” ujar Edy.

Ia memproyeksikan triwulan IV 2025 akan mencatat pertumbuhan lebih tinggi karena pengeluaran fiskal pemerintah dan momen libur panjang akhir tahun.

Sementara itu, Kepala OJK DIY, Eko Yunianto, mengapresiasi pertumbuhan positif tersebut. Ia mencatat sektor jasa keuangan memang terkontraksi 0,12%, namun tetap berpotensi rebound seiring naiknya aktivitas ekonomi daerah.

“Kami optimis pertumbuhan ekonomi DIY di triwulan IV 2025 tetap di atas 5%, ditopang sektor industri pengolahan, konstruksi, dan pertanian,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |