Ilustrasi penelitian. - JIBI
Harianjogja.com, JOGJA—Penyuntingan gen termutakhir dapat menghidupkan kembali keragaman genetik yang hilang. Proses ini juga dapat membantu spesies yang terancam punah bertahan hidup dari ancaman di masa depan. Para ilmuwan mengatakan sudah saatnya mengintegrasikan alat canggih ini ke dalam konservasi sebelum terlambat.
Teknologi penyuntingan gen, seperti yang digunakan dalam pertanian dan proyek de-extinction, dapat digunakan untuk memulihkan keanekaragaman genetik dan menyelamatkan spesies yang terancam punah. Dalam artikel baru Nature Reviews Biodiversity Perspective yang diterbitkan pada 18 Juli 2025, para penulis mengeksplorasi janji, tantangan, dan pertimbangan etis dalam rekayasa genom. Mereka mengusulkan pendekatan untuk penerapannya dalam konservasi keanekaragaman hayati.
Para peneliti berpendapat bahwa penyuntingan gen dapat memulihkan keragaman genetik yang hilang pada spesies yang berisiko punah. Proses ini menggunakan sampel historis, seperti DNA dari koleksi museum, bank hayati, dan spesies terkait. Tim peneliti multidisiplin ahli genetika konservasi dan bioteknologi dipimpin bersama oleh Prof. Cock van Oosterhout di Universitas East Anglia (UEA) dan Dr. Stephen Turner dari Colossal Biosciences.
Mereka bekerja sama dengan Colossal Foundation, Durrell Institute of Conservation and Ecology (Universitas Kent), Globe Institute (Universitas Kopenhagen), Mauritius Wildlife Foundation (MWF), Mauritius National Parks and Conservation Service (NPCS), dan Durrell Wildlife Conservation Trust.
"Kita menghadapi perubahan lingkungan tercepat dalam sejarah Bumi, dan banyak spesies telah kehilangan variasi genetik yang dibutuhkan untuk beradaptasi dan bertahan hidup," kata Prof. van Oosterhout, dikutip dari Science Daily, Senin (21/7/2025).
Dia mengatakan bahwa rekayasa genetika menyediakan cara untuk memulihkan variasi tersebut. Pemulihan ini bisa dengan memperkenalkan kembali variasi DNA yang telah hilang dari gen sistem kekebalan tubuh, yang dapat diambil dari spesimen museum maupun dengan meminjam gen toleransi iklim dari spesies yang berkerabat dekat. "Untuk memastikan kelangsungan hidup spesies yang terancam punah dalam jangka panjang, kami berpendapat bahwa penting untuk merangkul kemajuan teknologi baru di samping pendekatan konservasi tradisional," katanya.
Keberhasilan konservasi seperti penangkaran dan perlindungan habitat sering kali berfokus pada peningkatan jumlah populasi. Tetapi mereka kurang berupaya untuk mengganti varian gen yang hilang saat jumlah spesies menurun.
Seiring pemulihan populasi, mereka dapat tetap terjebak dengan variasi genetik yang berkurang dan beban mutasi berbahaya yang tinggi, sebuah fenomena yang dikenal sebagai erosi genom.
"Tanpa intervensi, spesies yang pulih dari penurunan populasi dapat tetap mengalami gangguan genetik, dengan ketahanan yang berkurang terhadap ancaman di masa depan seperti penyakit baru atau perubahan iklim," kata Prof. van Oosterhout.
Merpati Merah Muda
Salah satu contoh penyuntingan gen untuk menghindari kepunahan hewan yaitu merpati merah muda. Satwa tersebut sempat berada di ambang kepunahan, dengan menyisakan sekitar 10 individu. Namun setelah penyuntingan gen, kini populasi berjumlah lebih dari 600 ekor. Upaya penangkaran dan reintroduksi ini berlangsung selama beberapa dekade di Mauritius.
Beberapa penulis telah mempelajari genetika merpati dan mengungkapkan bahwa meskipun telah pulih, merpati tersebut terus mengalami erosi genom yang substansial. Kondisi tersebut kemungkinan akan punah dalam 50 hingga 100 tahun mendatang. Tantangan selanjutnya adalah memulihkan keragaman genetik yang telah hilang, sehingga memungkinkannya beradaptasi dengan perubahan lingkungan di masa mendatang. Rekayasa genom dapat mewujudkan hal tersebut.
Teknologi ini sudah umum di bidang pertanian, misalnya tanaman yang tahan hama dan kekeringan telah menjangkau jutaan hektar di seluruh dunia. Baru-baru ini, pengumuman rencana untuk menghidupkan kembali spesies yang punah semakin menunjukkan potensinya.
"Kemajuan teknologi yang sama yang memungkinkan kita memasukkan gen mamut ke dalam genom gajah dapat dimanfaatkan untuk menyelamatkan spesies yang berada di ambang kepunahan," kata Kepala Sains di Colossal Biosciences, Beth Shapiro. "Merupakan tanggung jawab kita untuk mengurangi risiko kepunahan yang dihadapi ribuan spesies saat ini."
Implementasi Utama Penyuntingan Gen
Para ilmuwan menguraikan tiga aplikasi atau implementasi utama untuk penyuntingan gen dalam konservasi. Pertama memulihkan variasi yang hilang, dengan mengembalikan keragaman genetik yang telah hilang dari kumpulan gen populasi modern spesies yang terancam punah. Proses ini bisa menggunakan DNA dari sampel spesies yang dikumpulkan beberapa dekade atau bahkan berabad-abad lalu, yang disimpan di museum sejarah alam di seluruh dunia.
Langkah kedua berupa adaptasi yang difasilitasi, dengan memperkenalkan gen dari spesies terkait yang lebih mampu beradaptasi. Hal ini untuk memberikan sifat-sifat seperti toleransi terhadap panas atau resistensi terhadap patogen. Proses tersebut untuk melengkapi spesies yang terancam untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang cepat.
Implementasi yang ketiga dengan mengurangi mutasi yang merugikan. Populasi yang sebelumnya jumlahnya menurun drastis, sering kali membawa mutasi merugikan yang telah diperbaiki secara kebetulan. Sehingga suntingan gen yang ditargetkan dapat menggantikan mutasi ini dengan varian sehat dari sebelum populasi menurun drastis, dengan potensi untuk meningkatkan kesuburan, tingkat kelangsungan hidup, dan kesehatan secara keseluruhan.
Par peneliti juga juga membahas risiko yang berpotensi muncul dalam proses ini, seperti modifikasi genetika yang tidak tepat sasaran. Risiko lain berupa pengurangan lebih lanjut yang tidak disengaja dalam keragaman genetika, sambil memperingatkan bahwa pendekatan tersebut masih bersifat eksperimental.
Perlunya uji coba bertahap berskala kecil serta pemantauan jangka panjang yang ketat terhadap dampak evolusi dan ekologi. Perlu juga keterlibatan yang kuat dengan masyarakat lokal, kelompok adat, dan masyarakat luas. Semua proses itu perlu dilakukan sebelum implementasi yang lebih luas.
Para peneliti menekankan bahwa intervensi genetik harus melengkapi, bukan menggantikan, restorasi habitat dan tindakan konservasi tradisional. "Keanekaragaman hayati menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menuntut solusi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Associate Professor Hernán Morales dari Globe Institute.
"Penyuntingan genom bukanlah pengganti perlindungan spesies dan tidak akan pernah menjadi solusi ajaib, perannya harus dievaluasi secara cermat bersama strategi konservasi yang telah ditetapkan sebagai bagian dari pendekatan yang lebih luas, dan terpadu dengan perlindungan spesies sebagai prinsip panduannya."
Inisiatif yang didorong oleh bioteknologi juga dapat menarik investor dan keahlian baru, yang berpotensi menciptakan manfaat baru bagi program spesies terancam punah yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News