Leptospirosis Menggila di Klaten, 97 Kasus dengan 19 Pasien Meninggal Dunia di 2025

22 hours ago 4

Leptospirosis Menggila di Klaten, 97 Kasus dengan 19 Pasien Meninggal Dunia di 2025 Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa

Harianjogja, KLATEN—Kasus leptospirosis kian menggilan di Klaten. Tercatat ada 97 kasus dengan 18 pasien meninggal dunia sejak awal 2025 hingga 30 Juli 2025

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang umumnya ditemukan dalam urine hewan terinfeksi terutama tikus. Bakteri tersebut bisa bertahan di lingkungan yang lembab dan basah seperti genangan air, tanah becek atau saluran air yang kotor.

Kepala Dinkes Klaten, Anggit Budiarto, mengungkapkan berdasarkan data terakhir, ada 97 kasus positif leptospirosis. “Kemudian ada 18 kasus kematian. Ini di 25 kecamatan ada kasus kecuali satu kecamatan yang tidak ada yakni di Kecamatan Juwiring. Untuk yang paling banyak ada 14 kasus di wilayah Kecamatan Wedi. Kasus leptospirosis tahun ini memang lebih meningkat daripada tahun lalu,” kata Anggit saat ditemui di Pemkab Klaten, Kamis (31/7/2025).

BACA JUGA: Polda DIY Grebek Markas Judi Online di Banguntapan Bantul, 5 Orang Ditangkap

Rata-rata gejala awal yang dialami yakni keju kemeng atau pegal-pegal. Kondisi itu terkadang tidak disadari dan dianggap penyakit biasa.

“Ketika datang ke rumah sakit, kondisi mata terlihat agak keruh. Kondisi air kencing juga keruh. Ini ada indikasi mengarah ke sana [leptospirosis],” kata Anggit.

Soal latar belakang warga yang terkena leptospirosis, Anggit mengungkapkan dari kasus yang ditemukan, kebanyakan bekerja di sektor pertanian seperti buruh tani maupun petani.

“Karena ada potensi memang jumlah tikus baik rumah maupun tikus yang di persawahan semakin meningkat,” kata Anggit.

Anggit menjelaskan bakteri yang menyebabkan leptospirosis bisa bertahan lama di tanah becek. Dia menjelaskan risiko infeksi terhadap bakteri penyebab Leptospirosis bisa dilakukan sejak awal dengan meningkatkan kehati-hatian. Kunci utama masuknya bakteri penyebab leptospirosis melalui luka yang ada di tubuh manusia.

“Jadi bakteri yang dikeluarkan melalui kencing tikus dan bertahan hidup di alam masuk ke tubuh melalui luka. Kalau tidak ada luka, tidak bisa masuk. Tetapi, kadang tidak disadari. Misalnya memotong kuku agak dalam sehingga ada luka-luka perih atau kaki pecah-pecah kemudian langsung masuk ke lingkungan yang berpotensi ada bakteri tersebut,” kata Anggit.

BACA JUGA: Mantan Menag Suryadharma Ali Dimakamkan di Kompleks Ponpes Miftahul Ulum Bekasi

Ia mengimbau warga menggunakan alat pelindung diri ketika beraktivitas di lokasi yang becek serta lembab seperti area pertanian atau tempat lainnya terutama mereka yang terdapat luka pada tubuh. Tujuannya untuk mencegah jika ada luka dalam tubuh dan terpapar langsung dengan lingkungan yang basah.

Warga diminta untuk terus meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Warga yang kerap beraktivitas di lokasi basah seperti genangan air atau tanah becek segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan ketika kondisi tubuh mengalami sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |