Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa
Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat jumlah leptospirosis di wilayahnya sudah mencapai 179 kasu per Selasa (29/7/2025).
Masyarakat diimbau untuk lebih waspada dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta menjaga kebersihan lingkungan demi mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini.
Kepala Bidang P2P Dinkes Bantul, Samsu Aryanto terus mengingatkan masyarakat agar memahami cara penularan dan gejala leptospirosis sehingga bisa segera mendapatkan penanganan medis.
“Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam ber-PHBS, mengenali gejala leptospirosis agar segera mendapat penanganan medis, serta menjaga kebersihan lingkungan sehingga meminimalkan tempat perindukan tikus sebagai salah satu vektor penular leptospirosis,” ujar Samsu Aryanto, Selasa (29/7/2025).
Penyebab tingginya kasus leptospirosis di Bantul karena bakteri Leptospira masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka di kulit, terutama ketika kaki bersentuhan dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine atau kotoran tikus.
“Aktivitas di tempat yang lembab dan kotor tanpa alat pelindung diri juga sangat meningkatkan risiko tertular leptospirosis,” ujarnya.
Untuk menekan angka kasus, Dinkes Bantul telah mengambil beberapa langkah strategis. Di antaranya meningkatkan surveilans deteksi dini dan respons leptospirosis serta memperkuat jejaring fasilitas kesehatan dalam pelaporan, investigasi, dan tatalaksana kasus. "Selain itu meningkatkan edukasi kepada masyarakat, serta memperkuat koordinasi lintas sektor,” kata Samsu.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap gejala leptospirosis seperti demam mendadak, sakit kepala, tubuh lemah, mata memerah, kulit tampak kekuningan, serta nyeri otot betis.
“Kalau mengalami gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat supaya cepat ditangani,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News