Foto ilustrasi: Suasana kegiatan KPSI Simpul Jogja. - Ist - KPSI Simpul Jogja
Harianjogja.com, JOGJA—Dukungan pada pasien gangguan mental tentu penting. Namun dukungan pada caregiver, atau orang yang mendampingi pasien gangguan mental, tidak kalah utama.
Sebut saja Sari, bukan nama sebenarnya, sempat kesulitan menerima perubahan kondisi dalam hidupnya. Rasa marah, sedih, takut, khawatir, dan kecewa sempat berkecamuk dalam dirinya. Pasalnya, kakak perempuannya didiagnosa gangguan kejiwaan. Kondisi itu membuat anggota keluarga di rumah Sari menjadi caregiver, atau orang yang merawat pasien dengan gangguan mental. Keluarganya kalang kabut selama beberapa pekan.
"Sempat ada rasa marah sama kakak, kecewa, karena [mungkin] belum banyak memahami tentang psikologi dan kesehatan mental," kata Sari, Rabu (23/7/2025).
Pada 2010, kakaknya mengalami pergolakan emosi yang tidak biasa. Dia kebingungan, tidak bisa tidur, menangis, marah, dan mengamuk. Sepekan kemudian, warga sekitar akhirnya mengetahui yang terjadi. Banyak di antara mereka mengaitkan kondisi kakak Sari dengan hal mistis.
Alhasil, keluarga Sari berulang kali mendapat kunjungan dari kiai, 'dukun putih', ustaz, dan beragam kalangan yang berniat membantu. Kakaknya juga menghadapi berbagai macam perlakuan, dari didoakan, diminta minum air berisi rajah, ditekuk-tekuk tubuhnya, hingga disembur air.
Setelah tidak kunjung sembuh, keluarga akhirnya membawa kakak Sari ke rumah sakit jiwa. Dia menjalani perawatan sebulan lebih. Selama masa itu, di tengah kesibukannya bekerja, kuliah, dan mengerjakan skripsi, Sari bolak-balik ke rumah sakit dan kantor pemerintah untuk mengurus dokumen bantuan pembiayaan.
Sekitar 2010 itu pula, isu kesehatan mental belum sepopuler hari ini. Dokter juga tidak menceritakan kondisi detail kakaknya pada Sari. Petunjuk dia temukan pada formulir data pasien. Sari membaca semacam kode yang ditulis di kolom diagnosa.
Dengan bantuan internet, dia tahu bahwa kakaknya mengalami skizofrenia. Kondisi ini membuat seseorang terganggu dalam berpikir, merasa, dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia dapat mengalami distorsi realitas, seperti halusinasi, delusi (waham), dan gangguan berpikir.
Sari sempat berbincang dengan temannya yang kuliah Psikologi. Dia juga membaca dan menge-print banyak jurnal tentang skizofrenia. Pengetahuan yang didapatkan membantunya sedikit demi sedikit menerima kondisi kakaknya.
Pada 2010-2014, Sari sempat terpikir untuk bunuh diri. Di momen itu, ada beragam masalah yang seakan datang bersamaan dan bertubi-tubi. Selain harus bekerja penuh waktu untuk membiayai kuliah, Sari juga berusaha mencari beasiswa, mengurus organisasi, serta menyelesaikan skripsi.
"Di saat itu juga, saya sedang menghadapi peristiwa traumatis karena diteror dan di-bully orang untuk pertama kalinya. Di saat saya sendiri sedang rapuh-rapuhnya, saya harus mengurus dan menguatkan kakak saya," kata perempuan yang kini berusia 37 tahun itu.
Sekitar setahun lalu, Sari didiagnosa depresi sedang dengan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). "Enggak tahu ada hubungannya atau tidak dengan posisi saya sebagai caregiver. Tapi [depresi dan PTSD] itu [sepertinya] lebih karena peristiwa bullying dan luka masa kecil," katanya. "Untuk menyikapinya, karena kebetulan sudah belasan tahun berhadapan dengan kasus gangguan mental, jadi mungkin lebih peka untuk tahu di titik mana perlu bantuan profesional."
Perlu Dukungan
Setiap kasus gangguan mental punya konteks yang berbeda. Ada beragam penelitian yang menyatakan bahwa caregiver berpotensi terkena gangguan mental pula. Salah satu penelitian berasal dari Ahmed Rady dan kawan-kawan. Penelitian berjudul Posttraumatic Stress Symptoms, Quality of Life, and Stress Burden in Caregivers of Patients With Severe Mental Illness: An Underestimated Health Concern ini rilis di jurnal Frontier Psychiatry tahun 2021.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa caregiver atau pengasuh pasien dengan penyakit mental berat memiliki beban stres yang tinggi. Kegiatan pengasuhan itu berpotensi menyebabkan PTSD. "Ini menunjukkan pentingnya memberikan dukungan psikologis kepada kelompok ini (caregiver)," tulis para peneliti.
Dukungan psikologis dan materi pada caregiver sangat penting. Seperti diutarakan Wakil Ketua 2 Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Jogja, Fatma Hidayat. Dia merupakan caregiver bagi anaknya. Fatma merasa jatuh bangun dalam proses pemulihan anaknya.
Di awal-awal, dia tidak bisa tidur berhari-hari karena anaknya relaps atau kambuh berulang. Anaknya juga rawat inap sebanyak empat kali. Setelah rawat inap, kondisi emosi anaknya masih naik turun, efek samping obat.
"Hal ini enggak mudah dihadapi sendirian tanpa ada dukungan," kata Fatma.
BACA JUGA: Polisi Periksa 24 Saksi Terkait Kematian Diplomat Muda Asal Jogja
"Ketidaktahuan dalam penanganan, serta kurangnya edukasi dan informasi, [membuat] saya juga mengalami depresi dua tahun."
Fatma merasa sedih yang berkepanjangan, tidak bisa tidur nyenyak, hingga tidak produktif dalam kegiatan sehari-hari. Barulah saat dia bertemu dengan komunitas KPSI Simpul Jogja pada 2016, banyak pemahaman tentang kesehatan mental. Hal ini cukup berdampak pada dirinya sebagai orang yang mengalami gangguan mental, serta juga sebagai caregiver.
Fatma merasa caregiver perlu dukungan, selama mendampingi pasien gangguan mental. Menurutnya, caregiver menjadi ujung tombak dari pemulihan pasien gangguan mental. "Kami yang menangani langsung [pasien] dari pagi sampai malem, dengan air mata yang berderai-derai," katanya.
BACA JUGA: RAKERNAS XI JKPI 2025: Jogja Jadi Tuan Rumah, Siap Gelar Festival Budaya dan UMKM
Sari juga mengalami pengalaman serupa. Dia merasa bahwa caregiver juga tetap perlu mengembangkan diri. Sari melihat kadang kala orang terlalu sibuk mendukung orang lain, seperti teman, keluarga, pasangan, dan lainnya. Namun kadang dia membiarkan dirinya terlalu lebur dalam proses dukungan tersebut.
"Jangan seperti lilin, [kita] bantu nyalain api atau cahaya lilin lain, tapi kita sendiri meleleh dan hancur," katanya.
"Buatku penting untuk tetep mengembangkan diri apapun kondisinya. Jangan sampai sudah jatuh satu [anggota keluarga], terus jatuh lagi yang lainnya."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News