Ada Mural Gajah Mada Mengenggam Lambang Polri di Jalan Suryotomo Jogja, Ternyata Ini Maknanya

16 hours ago 3

Ada Mural Gajah Mada Mengenggam Lambang Polri di Jalan Suryotomo Jogja, Ternyata Ini Maknanya Pesan terhadap institusi Poli lewat mural di tembok sepanjang 10 meter di kawasan Jalan Suryotomo Kampung Ratmakan, Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Jogja. Murah Gadjah Mada itu dibikin sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap Polri untuk terus meningkatkan kinerjanya. - Istimewa.

Harianjogja.com, JOGJA—Sejumlah perupa menyampaikan pesan penting terhadap institusi Poli lewat mural di tembok sepanjang 10 meter di kawasan Jalan Suryotomo Kampung Ratmakan, Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Jogja. Murah Gadjah Mada itu dibikin sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap Polri untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Pada mural yang tersebut tampak sosok Patih Gadjah Mada dengan mimik wajah yang marah. Tangan kanan tampak mengenggam kepingan emas tribata yang merupakan lambang Polri. Sedangkan tangan kirinya memegang boneka mini berseragam coklat yang ditafsirkan sebagai anggota Polri.

BACA JUGA: Dihantam Ombak, Perahu Nelayan Terbalik di Kawasan Pelabuhan Sadeng Gunungkidul

"Maknanya, simbol Tribrata [lambang Polri di tangan kiri] hendak disepuh layaknya emas yang dibersihkan agar bersinar kembali. Tangan kanannya memegang simbol Polri, yang artinya simbol institusi Polri itu suci. Harus perlu dijaga," kata Nur Oryza Argo, Ketua RW Kampung Wisata Ratmakan, Selasa (29/7/2025).

Ia menegaskan mural itu sebagai bentuk kepedulian dan dukungan Komunitas Perupa Kampung Ratmakan terhadap institusi kepolisian. Gambar Maha Patih Gajah Mada diterjemahkan sebagai tokoh sentral dalam masa kejayaan nusantara, menjadi cikal bakal terbentuknya NKRI. Gadjah Mada juga dikenal sebagai pemimpin pasukan Bhayangkara, bertugas melindungi raja, menjaga kerajaan, serta menciptakan ketertiban dan ketentraman. Semangat bhayangkara seharusnya diwarisi oleh Polri.

Namun dalam realitasnya saat ini institusi Polri beban tugas dan tanggung jawabnya tidak ringan dalam menjaga keamanan serta melayani masyarakat serta menghadapi tantangan permasalahan internal yang berpotensi menjauhkan semangat awal Bhayangkara.

Ia menegaskan kritik sebagai bentuk kecintaan mereka pada Polri lewat karya seni visual. "Misalnya banyak anggota kepolisian yang kini justru menjadi pelaku pelanggaran hukum dan ketidaktertiban, alih-alih menjadi penjaga hukum, ketertiban, dan hak-hak sipil rakyat," katanya.

BACA JUGA: Begini Sosok Kwik Kian Gie di Mata Anak Bungsunya

Kepala Pusat Studi Pancasila UGM Agus Wahyudi. menilai mural tersebut tidak hanya sekedar memberi pesan, akan tetapi tersedianya ruang bagi masyarakat sipil untuk mengontrol kepolisian agar ke depan menjadi lebih baik. Ia sepakat kepolisian dan masyarakat sipil menjadi mitra dalam hubungannya boleh menyampaikan kritik disertai dengan saran dan solusi.

"Sebaliknya polri harus terus menjaga komitmennya untuk berbenah sehingga harapan kami kedepan polri semakin profesional, dukungan kami terhadap polri kami ekspresikan dalam bentuk seni mural," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |